Rabu, 15 Mei 2013

Drama Ken Arok





 






1.      Tema
Tema yang diambil dari tokoh utama naskah drama Ken Arok adalah seorang perampok yang ingin berkuasa. Tema ini diperjelas dari banyaknya dialog Ken Arok, yang dapat  di lihat pada dialog berikut:
...............
Ken Arok: Saya baru melihat betis wanita seperti itu
Lohgawe : Ken Dedes wanita luar biasa. Ia adalah wanita nareswari. Siapa yang menikahinya akan menjadi raja.
(Ken Arok, hal. 54)
……..........
Tita muncul kembali
Ken Arok : Tita. Aku akan membunuh Tunggul Ametung
(Ken Arok, hal. 56)

..................
Ken Arok Hari ini saya bermaksud memperistri Ken Dedes.
Ken Dedes : Oh!
Lohgawe ; tapi
(Ken Arok, hal: 69)
.......................
Ken Arok: Kawan –kawan tenanglah! Sekarang saya adalah raja wilayah Tumapel...............
(Ken Arok, hal. 70)

2.      Amanat
Amanat yang terkandung dalam cerita drama tersebut antara lain:
a.       bahwa sebagai manusia kita tidak boleh berbuat kejahatan, karena hukum karma itu berlaku siapa yang berbuat jahat pasti suatu saat akan mendapatkan balasannya. Dibuktikan dengan :
..............
Mpu Gandring            : Kau ini tidak sabar benar Arok. Apakah kau akan membunuh orang?
Ken Arok        : Tidak Mpu, Menusuk keris ke tubuh Mpu Gandring)
Tita                  : Arok!
Mpu Gandring            : Kau... binatang!(Ken Arok mencabut keris dari tubuh Mpu Gandring, lalu membersihkannya dengan tak acuh) Kau sendiri aan mampus oleh keris itu, juga tujuh keturunanmu.... kau tidak akan lolos.... (mati)
..............
(Ken Arok, hal. 59)
Prolog: .......................... Ken Arok dikepung dalam sebuah lingkaran dan ditusuki dengan keris, berulang-ulang. Tapi ia sangat kuat. Akhirnya pembawa keris Mpu Gandring menusuknya. Ken Arok meraung dan mencoba menerkam, tapi ia rubuh dan merangkak lalu mati.
(Ken Arok, hal. 101)
b.      Jadi orang tidak boleh serakah, kerena keserakah Ken arok yang dari pengawal ingin memperistri Ken dedes dan menjadi raja maka dia menghalalkan segala cara dengan jalan membunuh. Dibuktikan dengan dialog:
.............
Ken Arok: Aku akan membunuhTunggul ametung
(Ken Arok,hal. 56)
............
Ken Arok: Kawan-kawan tenanglah! Sekarang saya adalah raja wilayah tumapel.
(Ken Arok, hal. 70)



c.       Seorang pemimpin harusnya bijaksana dan mempunyai budi pekerti yang luhur. Tidak seperti Ken Arok karena dia tidak pernah berfikir dan bersikap bijaksana maka rakyatnya banyak yang sengsara. Dibuktikan dengan dialog:
...........
Ken Arok: Perjudian keliling yang mana?
Bango Samparan: Wah, kau lupa rupanya. Dulu ketika rumah-rumah judi penghasialanya berkurang kau menyarankan agar kita mengadakan perjudian di tempat-tempat panen, baik panen buah buahan, padi ataupun ikan. Bahkan kau menyarankan perjudian di tempat penjualan hasil hutan. Ternyata hasilnya bagus.
(Ken Arok, hal. 78)
Lohgawe: Bango samparan, anda tidak pernah melaporkan segi buruk dari penyelenggaraan lembaga-lembaga judi dan pelacuran itu...............
(Ken Arok, hal. 79)

3.      Tokoh dan penokohan
Pada naskah drama Ken Arok  pengarang mempergunakan banyak tokoh untuk membawakan keseluruhan cerita. Antara Lain:
A.    Tokoh Utama
1)      Ken Arok : penjahat / perampok, kemudian menjadi Raja Singasari. Merupakan orang yang sangat keji dan tidak bijaksana tidak pernah memikirkan orang lain. Ini bisa dilihat dari dialognya ketika
..............
Mpu Gandring            : Kau ini tidak sabar benar Arok. Apakah kau akan membunuh orang?
Ken Arok        : Tidak Mpu, Menusuk keris ke tubuh Mpu Gandring)
Tita                  : Arok!
Mpu Gandring            : Kau... binatang!(Ken Arok mencabut keris dari tubuh Mpu Gandring, lalu membersihkannya dengan tak acuh) Kau sendiri aan mampus oleh keris itu, juga tujuh keturunanmu.... kau tidak akan lolos.... (mati)
..............
(Ken Arok, hal. 59)

..............
Lohgawe         : Bango Samaparan anda tidak pernah melaporkan segi buruk dari penyelenggaraan lembaga lembaga judi dan pelacuran itu. Anda tidak pernah melaporkan kepada raja bahwa banyak orang kampung yang menjual tanahnya ternaknya,................
Ken Arok        : (tertawa) Mamanda sebagai Purohita Mamanda tidak berhak bicara tentang kebijaksanaan kebijaksanaanku. Tugas Mamanda adalah melakukan upacara-upacara.
....................
(Ken Arok, hal. 79)

2)      Kertajaya : Raja Kediri yang bijaksana, tetapi mudah emosi dan tidak berani menghadapi kenyataan. Dapat dibuktikan dengan dialog:
......................
Kertajaya: Saya tidak pikuk Walungan, Gubar. Mereka akan kembali kesini, akan tetapi pasukan lain akan kita kirim untuk melindungi Tumapel. Panglima Nala sudah bekerja dengan cukup baik, tapi para pendeta itu kerjanya Cuma tidur di atas karung karung hasil bumi yang mereka terima sebagai pajak.
Mahisa Walungan: Saya tahu sekarang, semua ini sandiwara belaka!
            ..................
            (Ken Arok, hal. 25)
            ..................
Kertajaya: (Berjalan ke arah singgasana, tertegun) Tak ada tempat lain untuk mengungsi, selain Dewalaya. ( Menusuk dadanya dengan keris )
Aditya/Narayana : Gusti! (Kertajaya tewas)
..................
(Ken Arok, hal. 77)
3)      Lohgawe : pendeta, ayah angkat Ken Arok. Merupakan seorang pendeta yang baik hati dan penyabar, namuntelah salah membuat keputusan,  dibuktikan dalam dialog:
Lohgawe         : Bango Samaparan anda tidak pernah melaporkan segi buruk dari penyelenggaraan lembaga lembaga judi dan pelacuran itu. Anda tidak pernah melaporkan kepada raja bahwa banyak orang kampung yang menjual tanahnya ternaknya juga anak dan istrinya menjadi budak karena berjudi. Juga anda tidak pernah melaporkan bahwa banyak gadis gadis yang jadi penghuni rumah rumah hiburan bertentangan dengan kehendak mereka. Banyak diantaranya yang ditipu atau dipaksa masuk sana.
..................
(Ken Arok, hal. 79)
....................
Lohgawe: Lupakanlah Ananda, Tadi Mamanda katakan bahwa masalah kami kaum Brahmana kecil saja dibanding dengan beratnya beban di bahu rakyat Kediri.
Tunggul Ametung: Mamanda semua terlalu tabah, terlalu tabah!
.....................
(Ken Arok, hal. 35)
4)      Tunggul Ametung : Akuwu Tumapel. Merupakan pemimpin yang baik budi, bijaksana dan tunduk pada atasan.Dapat dibuktikan dalam dialog:
................
Tunggul Ametung: Wahai Betara Raya!Tapi sebagai akuwu saya tak berhak mengatakan sesuatau entang sikap dan kebijaksanaan sang Prabu.
...................
(Ken Arok, hal. 35)

5)      Ken Dedes : istri Tunggul Ametung, kemudian menjadi istri Ken Arok. Merupakan seorang wanita yang sangat cantik dan selalu pasrah. Dapat dibuktikan dalam dialog:
................
Ken Arok: Mamanda, saya baru melihat betis perempuan seperti itu.
Lohgawe: Bukan perempuan anaku, wanita.
Ken Arok : Saya baru melihat betis seperti itu.
            ...............
(Ken Arok, hal. 54)
..............
Ken Arok: Hari ini saya bermaksud memeperistri Ken Dedes.
Ken Dedes: Oh!
Lohgawe: Tapi.........
(Ken Arok, hal. 69)


6)      Anusapati : Anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung. Merupakan orang yang berhati baik, bijaksana, penuh kasih tidak pendedam menjujung tinggi kebenaran.
..............
Prasanta: Saya akan diam.
Punta: Padahal setiap orang mengatakan, bahwa pangeran Anusapati itu  teladan, baik dan sopan santun, ketekunan keramah tamahan, dan      kebijakanaan. Banyak orang mengatakan pangeran kita bagaikan          titisan Sri Kreshna. Tapi tak ada satupun sifatmu yang baik.
....................
(Ken Arok, hal. 88)
7)      Tita : Pengikut Ken Arok yang setia,dibuktikan dalam diaolog :
Perampok 1: Kau tahu saya tidak takut
Tita      : Barangkali kau tidak percaya kepadanya?
Perampok 1: (ragu-ragu) Tidak juga dia begitu terkenal, masa bertindak sembrono.
Tita      : (tersenyum) Kau tidak akan memahaminya. Dia bukan manusia. Sekarang tenanglah.
8)      Mpu Pamor: Kaum Brahmana dari Kediri yang diutus rajanya untuk membawa Ken Arok ke jalan kebenaran. Bersifat setia, perasa dan baik hati. Dibuktikan dengan dialog:
Mpu Pamor: Saya tak tahu mengatakannya, akan tetapi hati saya tak enak. Rasanya saya berkhianat kepada raja.
Mpu Sridhara: Namanya bukan berkhianat kalau raja berniat menginjak kita, Pamor.
Mpu Pamor: Raja tidak seluruhnya keliru.
(Ken Arok, hal.49)

B.     Tokoh Tambahan
Selain tokoh-tokoh yang telah disebutkan di atas banyak sekali terdapat tokoh tambahan diantaranya:
1)      Mpu Sridhara: Golongan Brahmana teman Mpu Sridhara
2)      Bango Samparan: Ayah angkat Ken Arok
3)      Mpu Gandring: Pembuat keris
4)      Kebo Ijo: Pengawal Tunggul Ametung
5)      Mpu Purwa: Ayah Ken Dedes,
6)      Perampok; Pengikut Ken Arok di hutan
7)      Mahisa Taruna: Pengawal Kerajaan Kediri
8)      Mahisa Walungan: Patih Kerajaan Kediri
9)      Mpu Narayana: Golongan Brahman Kediri
10)  Mpu Aditya: Golongan Brahmana Kediri
11)  Ken Umang: Selir Ken Arok
12)  Punta: Teman Anusapati di Padepokan Panawijen
13)   Prasanta: Teman Anusapati di Padepokan Panawijen
14)  Juru Deh: Teman Anusapati di Padepokan Panawijen
15)  Orang batil I: Penduduk dari Desa Batil

4.      Alur  atau Plot
Jika dilihat dari keseluruhan cerita dalam naskah drama berjudul “Ken Arok” maka akan terlihat bahwa alur atau plot yang digunakan adalah alur maju. Hal ini bisa dibuktikan dengan meneliti kejadian demi kejadian yang semuanya disusun secara sistematis, menuju ke konflik, klimaks dan akhirnya penyelesaian. Konflik ditunjukan ketika Ken Arok dibujuk untuk bertobat dan Ken Arok bersedia asalkan menjadi pengawal Tunggul Ametung. Hati Ken Arok memang jahat karena dia punya rencana lain. Karena tertarik oleh istri Tunggul Ametung, Ken Arok tega membunuh Tunggul Ametung, dan disinilah puncak konflik terjadi yaitu ketika Arok berhasil membunuh Akuwu Tumapel dan memperistri Ken Dedes. Selain itu Arok menjadi raja dan merubah Tumapel menjadi Singasari. Konflik sedikit demi sedikit menurun sehingga setelah 18 tahun kemudian timbul konflik kembali yaitu Anusapati, anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung ingin membalas kejahatan Ken Arok yang sudah sangat meresahkan warga Sighsari dengan keadilan kemudian dari tangan orang Batil Ken  Arok dibunuh, sehingga terjadilah penyelesaian ketika Ken Arok Mati dan Anusapati yang dianggap sebagai orang bijak di angkat menjadi Raja Singhasari dan ingin  menjadikannya menjadi kerajaan yang lebih tentram dan damai.

5.      Latar  atau setting

A.    Latar Tempat
Dalam naskah ini  lebih banyak menampilkan latar kerajaan. Ceritanya sendiri seputar kerajaan walaupun diselingi latar hutan belantara sebagai tempat Ken Arok sebelum menjadi raja. Latar tempat  yang diambil adalah kerajaan Jawa maka otomatis budaya yang ditampilkan adalah budaya Jawa dengan mengangkat kesenian Jawa pula seperti seni gamelan yang mendukung suasana kerajaan. Selain di dalam kerajaan yang dominan juga ada sebagian kecil di sekitar kerajaan yaitu di bagian taman, padepokan dan rumah pandai besi.  Latar tersebu dapat dibuktikan dalam beberapa prolog antara lain:
1)      Di Keraton Kediri Siang Hari.
Raja Kertajaya dihadap oleh para menteri, pendeta kerajaan, ..........
(Ken Arok, hal. 18)
2)      Di istana Akuwu Tumapel Tunggul ametung siang hari.
Hadir pendeta Lohgawe, Mpu Sridhara, Mpu Pamor, Tunggul Ametung,............
(Ken Arok, Hal. 34)

3)      Di dalam hutan di daerah Gunung Lejar.
Pentas tampak sibuk, dibagian depan orang-orang yang minum tuak...................
(Ken Arok, hal. 38)

4)      Di taman Baboji
Ken Arok, Kebo Ijo sejumlah prajurit
(Ken Arok, hal. 51)

5)      Di Padepokan Panawijen, Siang Hari.
Punta, Prasanta, dan Juru Deh  sedang beristirahat sambil menunggu majikan mereka.......
(Ken Arok, hal. 84)
6)      Di Lelumbung di bengkel pandai besi Mpu Gandring.
Mpu Gandring sedang bekerja di bengkelnya. Muncul Ken Arok dan Tita.
(Ken Arok, hal. 57)
7)      Di istana Singhasari. Delapan belas tahun setelah dikalahkannya Kertajaya. Malam
(Ken Arok, hal. 78)
8)      Suatu jalan di tengan belantara. Siang hari
(Ken Arok, hal. 15)
9)      Di gerbang Pakuwon tumapel Malam hari
(Ken Arok, hal. 61)

B.     Latar Waktu
1)      Siang Hari
Dibuktikan dengan prolog dibawah ini:
Waktu siang hari dapat dibuktikan dengan prolog:
Di Keraton Kediri Siang Hari.
Raja Kertajaya dihadap oleh para menteri, pendeta kerajaan, ..........
(Ken Arok, hal. 18)

Di istana Akuwu Tumapel Tunggul ametung siang hari.
Hadir pendeta Lohgawe, Mpu Sridhara, Mpu Pamor, Tunggul Ametung,............
(Ken Arok, Hal. 34)
Di Padepokan Panawijen, Siang Hari.
Punta, Prasanta, dan Juru Deh  sedang beristirahat sambil menunggu majikan mereka.......
(Ken Arok, hal. 84)

2)      Malam Hari
Dibuktikan dengan prolog dibawah ini:
Di istana Singhasari. Delapan belas tahun setelah dikalahkannya Kertajaya. Malam
(Ken Arok, hal. 78)
Di gerbang Pakuwon tumapel Malam hari
(Ken Arok, hal. 61)

C.    Latar Suasana
1)      Menegangkan
Suasana menegangkan terjadi saat pembunuhan Ken Arok oleh orang batil, karena Ken Arok sanagt kuat dan tidak mati mati. Dibuktikan dengan prolog:
Ken Arok dikepung dalam sebuah lingkaran dan ditusuki dengan keris berulang ulang. Tapi ia sangat kuat. Akhirnya pembawa keris Mpu Gandring menusuknya, .................
(Ken Arok, hal. 101)


2)      Menyedihkan
Suasana menyedihkan terjadi ketika pembunuhan Tunggul Ametung. Dibuktikan dengan :
.................
Tita: Ah kau! Selalu untuk apa ! (terdengar jeritan diikuti teriakan wanita, tolong! Tolong!)
(Ken Arok, hal 65)

3)      Mengharukan
Suasana mengharukan terjadi saat Ken Dedes dipersunting secara paksa oleh Ken Arok. Dibuktikan dengan:
.................
Lohgawe: Upacara apa?
Ken Arok: Hari ini saya bermaksaud memperistri Ken Dedes.
Ken Dedes: Oh..!
Lohgawe: Tapi...
(Ken Arok, hal. 69)

6.      Sudat Pandang Pengarang

Pengarang dalam naskah drama ini menggunakan sudut pandang orang ketiga  karena dia menceritakan orang lain. Pengarang tidak muncul sebagai tokoh “aku” ataupun sebagai “peserta” yang terlibat dalam cerita tersebut. Ia hanya menjadi semacam dalang yang menggerakan cerita sesuai dengan imajinasinya. Pengarang di sini bertindak sebagai pencipta segalanya, yang serba tahu terhadap setiap detail ceritanya.

7.      Konflik
Dalam drama ini terdapat beberapa konflik yang dialami oleh tokoh-tokoh antara lain konflik eksternal antara ken arok dan lohgawe, Ken Arok dengan rakyat. Konflik fisik antara Ken Arok dan Mpu Gandring dan Kebo Ijo. Konflik internal atau konflik batin yang dialami oleh Mpu Pamor. Yang dapat dianalisis dari beberapa dialog di bawah ini:
Lohgawe: Bango Samparan anda tidak pernah melaporkan segi buruk dari penyelenggaraan lembaga lembaga judi dan pelacuran itu. Anda tidak pernah melaporkan kepada raja bahwa banyak orang orang kampung menjual tanahnya, ternaknaya...............
Ken Arok: (tertawa) Mamanda sebagai purohita mamanda tidak berhak berbicara tentang kebijaksanaan-kebijaksanaanku. Tugas mamanada adalah melakukan upacara-upacara.
(Ken Arok, hal. 79)
Dari dialog diatas dapat dipahami bahwa telah terjadi perbedaan pendapat antara Lohgawe dan Ken Arok yang termasuk konflik eksternal.
            ................
Mpu Gandring: Kau ini tidak sabar benar Arok. Apakah kau ingin membunuh orang?
            Ken Arok: Tidak Mpu, (menusuk keris ketubuh Mpu Gandring)
            Tita: Arok!
            (Ken Arok, hal. 59)
            Kebo Ijo: Ada Apa? Apa apaan ini?
Ken Arok: (mendekat pada Kebo Ijo) Kau cerdik! Kau seekor ular! (menusuk Kebo Ijo; Kebo Ijo mati)
            (Ken Arok, hal. 66)
Dalam dialog diatas dapat dilihat bahwa telah terjadi konflik fisik antara Ken Arok dengan Mpu Gandring dan Kebo Ijo dengan menggunakan keris.
            .............
Mpu Pamor: Nuraniku gelisah. Saya tidak yakin bahwa kebijakan Maharesi Lohgawe itu tepat.
Mpu Sridhara: Tidak ada Kebijakan yang lebih baik daripada yang telah diputuskan.
Mpu Pamor: Saya tak tahu mengatakannya, akan tetapi hati saya tak enak. Rasanya saya berkhianat kepada raja.
(Ken Arok, hal. 49)
Dalam dialog di atas jelas digambarkan konflik batin Mpu Pamor, yang bimbang terhadap keputusan yang telah dijalankan bersama Lohgawe.

8.      Teknik Dialog
Dalam Drama ini terdapat  dua macam tenik dialog, yaitu monolog dan konversi (percakapan). Ada juga teknik dialog dalam bentuk prolog, namun tidak ditemukan epilog.
a.       Dialog / Percakapan
Contoh konversi atau percakapan  seperti percakapan antara Ken Arok dengan pemimpin pengawal dan masih banyak lagi karena unsur utama sebuah drama adalah percakapan setiap tokohnya, jadi terlalu banyak bila semua di tampilkan.
Ken Arok: Ada perampok Tuan!
Pemimpin Pengawal: Perampok? Dimana?
Ken Arok: Disini Tuan.
(ken Arok, hal 17)

b.      Monolog
Hanya terdapat sebuah monolog dalam naskah drama Ken arok yaitu merupakan perkataan dari Bango Samparan, dengan bukti:
Ruangan kosong, tinggal Bango Samparan dan Pembawa berita .
Bango Samparan: Persilakan mereka masuk. (Pembawa berita keluar). Saya sudah tahu, si arok ini luar biasa. Bayangkan, pendeta agung ingin menghadap kepadanya. Bayangkan!
c.       Prolog
Dalam drama ini juga terdapat prolog yang cukup banyak diantaranya:
            Suatu jalan di tengah belantara. Siang hari menuju sore
Tampak Ken Arok tidur di suatu tempat yang tinggi, sesuatu yang dapat dibayangkan penonton sebagi batu besar atau cabang pohon dan sebangsanya................
(Ken Arok, hal. 15)
Dalam drama ini tidak terdapat  epilog karena penutupan di tutup dengan dialog.

9.      Gaya Penulisan :
Bahasa yang digunakan ialah bahasa percakapan sehari-hari. Tidak menggunakan bahasa melayu. Setiap tokoh memiliki ciri khas bahasanya seperti untuk tokoh Ken Arok memiliki contoh bahasa pertentangan karena cenderung sebagai tokoh antagonis dan berwatak pembangkang. Berbeda dengan tokoh pendeta Lohgawe, yang menggunakan bahasa penegasan karena tokoh tersebut merupakan tokoh yang berpikiran dan berpandangan serius dan mungkin sekali penuh idealis.