1.
Tema
Tema yang diambil dari tokoh utama naskah drama Ken Arok adalah seorang
perampok yang ingin berkuasa.
Tema ini diperjelas dari banyaknya dialog Ken Arok, yang dapat di lihat pada dialog berikut:
...............
Ken Arok: Saya baru melihat betis wanita seperti itu
Lohgawe : Ken Dedes wanita luar biasa. Ia adalah wanita
nareswari. Siapa yang menikahinya akan menjadi raja.
(Ken Arok, hal. 54)
……..........
Tita muncul kembali
Ken Arok : Tita. Aku akan membunuh Tunggul Ametung
(Ken Arok, hal. 56)
..................
Ken Arok : Hari ini saya bermaksud memperistri
Ken Dedes.
Ken Dedes : Oh!
Lohgawe ; tapi
(Ken Arok, hal: 69)
.......................
Ken Arok: Kawan –kawan tenanglah! Sekarang saya adalah raja
wilayah Tumapel...............
(Ken Arok, hal. 70)
2.
Amanat
Amanat yang terkandung dalam cerita
drama tersebut antara
lain:
a. bahwa
sebagai manusia kita tidak boleh
berbuat kejahatan, karena hukum karma itu berlaku siapa yang berbuat jahat pasti
suatu saat akan mendapatkan balasannya. Dibuktikan dengan :
..............
Mpu
Gandring : Kau ini tidak sabar
benar Arok. Apakah kau akan membunuh orang?
Ken
Arok : Tidak Mpu, Menusuk keris ke
tubuh Mpu Gandring)
Tita
: Arok!
Mpu Gandring :
Kau... binatang!(Ken Arok mencabut keris dari tubuh Mpu Gandring, lalu
membersihkannya dengan tak acuh) Kau sendiri aan mampus oleh keris itu, juga
tujuh keturunanmu.... kau tidak akan lolos.... (mati)
..............
(Ken Arok, hal. 59)
Prolog: .......................... Ken Arok dikepung dalam
sebuah lingkaran dan ditusuki dengan keris, berulang-ulang. Tapi ia sangat
kuat. Akhirnya pembawa keris Mpu Gandring menusuknya. Ken Arok meraung dan
mencoba menerkam, tapi ia rubuh dan merangkak lalu mati.
(Ken Arok, hal. 101)
b. Jadi orang tidak boleh serakah,
kerena keserakah Ken arok yang dari pengawal ingin memperistri Ken dedes dan
menjadi raja maka dia menghalalkan segala cara dengan jalan membunuh.
Dibuktikan dengan dialog:
.............
Ken Arok: Aku akan membunuhTunggul ametung
(Ken Arok,hal. 56)
............
Ken Arok: Kawan-kawan tenanglah! Sekarang saya adalah raja
wilayah tumapel.
(Ken Arok, hal. 70)
c. Seorang pemimpin harusnya bijaksana
dan mempunyai budi pekerti yang luhur. Tidak seperti Ken Arok karena dia tidak
pernah berfikir dan bersikap bijaksana maka rakyatnya banyak yang sengsara.
Dibuktikan dengan dialog:
...........
Ken Arok: Perjudian keliling yang mana?
Bango Samparan: Wah, kau lupa rupanya. Dulu ketika
rumah-rumah judi penghasialanya berkurang kau menyarankan agar kita mengadakan
perjudian di tempat-tempat panen, baik panen buah buahan, padi ataupun ikan.
Bahkan kau menyarankan perjudian di tempat penjualan hasil hutan. Ternyata
hasilnya bagus.
(Ken Arok, hal. 78)
Lohgawe: Bango samparan, anda tidak pernah melaporkan segi
buruk dari penyelenggaraan lembaga-lembaga judi dan pelacuran
itu...............
(Ken Arok, hal. 79)
3.
Tokoh dan
penokohan
Pada naskah drama Ken Arok pengarang mempergunakan banyak tokoh untuk
membawakan keseluruhan cerita. Antara Lain:
A.
Tokoh
Utama
1)
Ken Arok : penjahat / perampok, kemudian
menjadi Raja
Singasari. Merupakan
orang yang sangat keji dan tidak bijaksana tidak pernah memikirkan orang lain. Ini
bisa dilihat dari dialognya ketika
..............
Mpu
Gandring : Kau ini tidak sabar
benar Arok. Apakah kau akan membunuh orang?
Ken Arok : Tidak Mpu, Menusuk keris ke tubuh Mpu
Gandring)
Tita : Arok!
Mpu
Gandring : Kau... binatang!(Ken
Arok mencabut keris dari tubuh Mpu Gandring, lalu membersihkannya dengan tak
acuh) Kau sendiri aan mampus oleh keris itu, juga tujuh keturunanmu.... kau
tidak akan lolos.... (mati)
..............
(Ken Arok, hal. 59)
..............
Lohgawe : Bango Samaparan anda tidak pernah
melaporkan segi buruk dari penyelenggaraan lembaga lembaga judi dan pelacuran
itu. Anda tidak pernah melaporkan kepada raja bahwa banyak orang kampung yang
menjual tanahnya ternaknya,................
Ken
Arok : (tertawa) Mamanda sebagai
Purohita Mamanda tidak berhak bicara tentang kebijaksanaan kebijaksanaanku.
Tugas Mamanda adalah melakukan upacara-upacara.
....................
(Ken
Arok, hal. 79)
2)
Kertajaya : Raja
Kediri yang bijaksana, tetapi mudah emosi
dan tidak berani menghadapi kenyataan. Dapat dibuktikan dengan dialog:
......................
Kertajaya: Saya tidak pikuk
Walungan, Gubar. Mereka akan kembali kesini, akan tetapi pasukan lain akan kita
kirim untuk melindungi Tumapel. Panglima Nala sudah bekerja dengan cukup baik,
tapi para pendeta itu kerjanya Cuma tidur di atas karung karung hasil bumi yang
mereka terima sebagai pajak.
Mahisa Walungan: Saya tahu sekarang,
semua ini sandiwara belaka!
..................
(Ken Arok,
hal. 25)
..................
Kertajaya:
(Berjalan ke arah singgasana, tertegun) Tak ada tempat lain untuk mengungsi,
selain Dewalaya. ( Menusuk dadanya dengan keris )
Aditya/Narayana
: Gusti! (Kertajaya tewas)
..................
(Ken
Arok, hal. 77)
3)
Lohgawe : pendeta,
ayah angkat Ken Arok.
Merupakan seorang pendeta yang baik hati dan penyabar, namuntelah salah membuat
keputusan, dibuktikan dalam dialog:
Lohgawe : Bango Samaparan anda tidak pernah
melaporkan segi buruk dari penyelenggaraan lembaga lembaga judi dan pelacuran
itu. Anda tidak pernah melaporkan kepada raja bahwa banyak orang kampung yang
menjual tanahnya ternaknya juga anak dan istrinya menjadi budak karena berjudi.
Juga anda tidak pernah melaporkan bahwa banyak gadis gadis yang jadi penghuni
rumah rumah hiburan bertentangan dengan kehendak mereka. Banyak diantaranya
yang ditipu atau dipaksa masuk sana.
..................
(Ken Arok,
hal. 79)
....................
Lohgawe:
Lupakanlah Ananda, Tadi Mamanda katakan bahwa masalah kami kaum Brahmana kecil
saja dibanding dengan beratnya beban di bahu rakyat Kediri.
Tunggul
Ametung: Mamanda semua terlalu tabah, terlalu tabah!
.....................
(Ken Arok,
hal. 35)
4)
Tunggul
Ametung : Akuwu Tumapel. Merupakan pemimpin yang baik budi, bijaksana dan tunduk
pada atasan.Dapat dibuktikan dalam dialog:
................
Tunggul
Ametung: Wahai Betara Raya!Tapi sebagai akuwu saya tak berhak mengatakan
sesuatau entang sikap dan kebijaksanaan sang Prabu.
...................
(Ken Arok,
hal. 35)
5)
Ken Dedes : istri
Tunggul Ametung, kemudian menjadi istri Ken Arok. Merupakan seorang wanita yang sangat cantik dan selalu
pasrah. Dapat dibuktikan dalam dialog:
................
Ken Arok:
Mamanda, saya baru melihat betis perempuan seperti itu.
Lohgawe:
Bukan perempuan anaku, wanita.
Ken Arok :
Saya baru melihat betis seperti itu.
...............
(Ken Arok,
hal. 54)
..............
Ken Arok:
Hari ini saya bermaksud memeperistri Ken Dedes.
Ken Dedes:
Oh!
Lohgawe:
Tapi.........
(Ken Arok,
hal. 69)
6)
Anusapati : Anak Ken
Dedes dari Tunggul Ametung. Merupakan
orang yang berhati baik, bijaksana, penuh kasih tidak pendedam menjujung tinggi
kebenaran.
..............
Prasanta:
Saya akan diam.
Punta:
Padahal setiap orang mengatakan, bahwa pangeran Anusapati itu teladan, baik dan sopan santun, ketekunan
keramah tamahan, dan kebijakanaan.
Banyak orang mengatakan pangeran kita bagaikan titisan
Sri Kreshna. Tapi tak ada satupun sifatmu yang baik.
....................
(Ken Arok,
hal. 88)
7)
Tita : Pengikut Ken Arok yang setia,dibuktikan
dalam diaolog :
Perampok
1: Kau tahu saya tidak takut
Tita : Barangkali kau tidak percaya kepadanya?
Perampok
1: (ragu-ragu) Tidak juga dia begitu terkenal, masa bertindak sembrono.
Tita : (tersenyum) Kau tidak akan memahaminya.
Dia bukan manusia. Sekarang tenanglah.
8)
Mpu Pamor: Kaum Brahmana dari Kediri yang
diutus rajanya untuk membawa Ken Arok ke jalan kebenaran. Bersifat setia,
perasa dan baik hati. Dibuktikan dengan dialog:
Mpu Pamor:
Saya tak tahu mengatakannya, akan tetapi hati saya tak enak. Rasanya saya
berkhianat kepada raja.
Mpu Sridhara:
Namanya bukan berkhianat kalau raja berniat menginjak kita, Pamor.
Mpu Pamor:
Raja tidak seluruhnya keliru.
(Ken Arok,
hal.49)
B.
Tokoh
Tambahan
Selain
tokoh-tokoh yang telah disebutkan di atas banyak sekali terdapat tokoh tambahan
diantaranya:
1) Mpu
Sridhara: Golongan Brahmana teman Mpu Sridhara
2) Bango
Samparan: Ayah angkat Ken Arok
3) Mpu
Gandring: Pembuat keris
4) Kebo
Ijo: Pengawal Tunggul Ametung
5) Mpu
Purwa: Ayah Ken Dedes,
6) Perampok;
Pengikut Ken Arok di hutan
7) Mahisa
Taruna: Pengawal Kerajaan Kediri
8) Mahisa
Walungan: Patih Kerajaan Kediri
9) Mpu
Narayana: Golongan Brahman Kediri
10) Mpu
Aditya: Golongan Brahmana Kediri
11) Ken
Umang: Selir Ken Arok
12) Punta:
Teman Anusapati di Padepokan Panawijen
13) Prasanta: Teman Anusapati di Padepokan
Panawijen
14) Juru
Deh: Teman Anusapati di Padepokan Panawijen
15) Orang
batil I: Penduduk dari Desa Batil
4.
Alur atau Plot
Jika dilihat dari keseluruhan cerita
dalam naskah drama berjudul “Ken Arok” maka akan terlihat bahwa alur atau plot
yang digunakan adalah alur maju. Hal
ini bisa dibuktikan dengan meneliti kejadian demi kejadian yang semuanya
disusun secara sistematis, menuju ke konflik, klimaks dan akhirnya
penyelesaian. Konflik ditunjukan ketika Ken Arok dibujuk untuk
bertobat dan Ken Arok bersedia asalkan menjadi pengawal Tunggul Ametung. Hati
Ken Arok memang jahat karena dia punya rencana lain. Karena tertarik oleh istri
Tunggul
Ametung, Ken Arok
tega membunuh Tunggul Ametung, dan disinilah puncak konflik terjadi yaitu
ketika Arok berhasil membunuh Akuwu Tumapel dan memperistri Ken Dedes. Selain
itu Arok menjadi raja dan merubah Tumapel menjadi Singasari. Konflik sedikit
demi sedikit menurun sehingga setelah 18 tahun kemudian timbul konflik kembali
yaitu Anusapati, anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung ingin membalas kejahatan Ken Arok
yang sudah sangat meresahkan warga Sighsari dengan keadilan kemudian dari
tangan orang Batil Ken Arok dibunuh, sehingga terjadilah penyelesaian ketika Ken Arok
Mati dan Anusapati yang dianggap sebagai orang bijak di angkat menjadi Raja Singhasari
dan ingin menjadikannya menjadi kerajaan
yang lebih tentram dan damai.
5. Latar atau setting
A. Latar
Tempat
Dalam naskah ini lebih banyak menampilkan latar kerajaan.
Ceritanya sendiri seputar kerajaan walaupun diselingi latar hutan belantara sebagai
tempat Ken Arok sebelum menjadi raja. Latar tempat yang diambil adalah kerajaan Jawa maka
otomatis budaya yang ditampilkan adalah budaya Jawa dengan mengangkat kesenian
Jawa pula seperti seni gamelan yang mendukung suasana kerajaan. Selain di dalam kerajaan yang
dominan juga ada sebagian kecil di sekitar kerajaan yaitu di bagian taman,
padepokan dan rumah pandai besi. Latar
tersebu dapat dibuktikan dalam beberapa prolog antara lain:
1) Di Keraton Kediri Siang Hari.
Raja
Kertajaya dihadap oleh para menteri, pendeta kerajaan, ..........
(Ken
Arok, hal. 18)
2) Di istana Akuwu Tumapel Tunggul
ametung siang hari.
Hadir pendeta Lohgawe, Mpu Sridhara, Mpu Pamor, Tunggul Ametung,............
(Ken
Arok, Hal. 34)
3) Di dalam hutan di daerah Gunung
Lejar.
Pentas tampak sibuk, dibagian depan orang-orang yang minum
tuak...................
(Ken
Arok, hal. 38)
4) Di taman Baboji
Ken
Arok, Kebo Ijo sejumlah prajurit
(Ken
Arok, hal. 51)
5) Di Padepokan Panawijen, Siang Hari.
Punta, Prasanta, dan Juru Deh sedang beristirahat sambil menunggu majikan mereka.......
(Ken
Arok, hal. 84)
6) Di Lelumbung di bengkel pandai besi
Mpu Gandring.
Mpu
Gandring sedang bekerja di bengkelnya. Muncul Ken Arok dan Tita.
(Ken
Arok, hal. 57)
7) Di istana Singhasari. Delapan belas
tahun setelah dikalahkannya Kertajaya. Malam
(Ken Arok,
hal. 78)
8) Suatu jalan di tengan belantara.
Siang hari
(Ken Arok,
hal. 15)
9) Di gerbang Pakuwon tumapel Malam
hari
(Ken Arok, hal. 61)
B.
Latar Waktu
1)
Siang Hari
Dibuktikan dengan prolog dibawah ini:
Waktu siang hari dapat dibuktikan dengan prolog:
Di
Keraton Kediri Siang Hari.
Raja
Kertajaya dihadap oleh para menteri, pendeta kerajaan, ..........
(Ken
Arok, hal. 18)
Di
istana Akuwu Tumapel Tunggul ametung siang hari.
Hadir pendeta Lohgawe, Mpu Sridhara, Mpu Pamor, Tunggul
Ametung,............
(Ken
Arok, Hal. 34)
Di
Padepokan Panawijen, Siang Hari.
Punta, Prasanta, dan Juru Deh sedang beristirahat sambil menunggu majikan
mereka.......
(Ken
Arok, hal. 84)
2)
Malam Hari
Dibuktikan dengan prolog dibawah ini:
Di istana Singhasari. Delapan belas tahun setelah
dikalahkannya Kertajaya. Malam
(Ken
Arok, hal. 78)
Di
gerbang Pakuwon tumapel Malam hari
(Ken
Arok, hal. 61)
C.
Latar Suasana
1) Menegangkan
Suasana
menegangkan terjadi saat pembunuhan Ken Arok oleh orang batil, karena Ken Arok
sanagt kuat dan tidak mati mati. Dibuktikan dengan prolog:
Ken Arok
dikepung dalam sebuah lingkaran dan ditusuki dengan keris berulang ulang. Tapi
ia sangat kuat. Akhirnya pembawa keris Mpu Gandring menusuknya,
.................
(Ken Arok,
hal. 101)
2) Menyedihkan
Suasana
menyedihkan terjadi ketika pembunuhan Tunggul Ametung. Dibuktikan dengan :
.................
Tita: Ah
kau! Selalu untuk apa ! (terdengar jeritan diikuti teriakan wanita, tolong!
Tolong!)
(Ken Arok,
hal 65)
3) Mengharukan
Suasana mengharukan
terjadi saat Ken Dedes dipersunting secara paksa oleh Ken Arok. Dibuktikan
dengan:
.................
Lohgawe:
Upacara apa?
Ken Arok:
Hari ini saya bermaksaud memperistri Ken Dedes.
Ken Dedes:
Oh..!
Lohgawe:
Tapi...
(Ken Arok,
hal. 69)
6.
Sudat Pandang
Pengarang
Pengarang dalam naskah drama ini
menggunakan sudut pandang orang ketiga karena dia
menceritakan orang lain. Pengarang tidak muncul sebagai tokoh
“aku” ataupun sebagai “peserta” yang terlibat dalam cerita tersebut. Ia hanya
menjadi semacam dalang yang menggerakan cerita sesuai dengan imajinasinya.
Pengarang di sini bertindak sebagai pencipta segalanya, yang serba tahu
terhadap setiap detail ceritanya.
7.
Konflik
Dalam
drama ini terdapat beberapa konflik yang dialami oleh tokoh-tokoh antara lain
konflik eksternal antara ken arok dan lohgawe, Ken Arok dengan rakyat. Konflik
fisik antara Ken Arok dan Mpu Gandring dan Kebo Ijo. Konflik internal atau
konflik batin yang dialami oleh Mpu Pamor. Yang dapat dianalisis dari beberapa
dialog di bawah ini:
Lohgawe: Bango Samparan anda tidak pernah melaporkan segi
buruk dari penyelenggaraan lembaga lembaga judi dan pelacuran itu. Anda tidak
pernah melaporkan kepada raja bahwa banyak orang orang kampung menjual
tanahnya, ternaknaya...............
Ken Arok:
(tertawa) Mamanda sebagai purohita mamanda tidak berhak berbicara tentang
kebijaksanaan-kebijaksanaanku. Tugas mamanada adalah melakukan upacara-upacara.
(Ken Arok, hal.
79)
Dari
dialog diatas dapat dipahami bahwa telah terjadi perbedaan pendapat antara
Lohgawe dan Ken Arok yang termasuk konflik eksternal.
................
Mpu Gandring:
Kau ini tidak sabar benar Arok. Apakah kau ingin membunuh orang?
Ken Arok: Tidak Mpu, (menusuk keris
ketubuh Mpu Gandring)
Tita: Arok!
(Ken Arok, hal. 59)
Kebo Ijo: Ada Apa? Apa apaan ini?
Ken Arok:
(mendekat pada Kebo Ijo) Kau cerdik! Kau seekor ular! (menusuk Kebo Ijo; Kebo
Ijo mati)
(Ken Arok, hal. 66)
Dalam
dialog diatas dapat dilihat bahwa telah terjadi konflik fisik antara Ken Arok
dengan Mpu Gandring dan Kebo Ijo dengan menggunakan keris.
.............
Mpu Pamor:
Nuraniku gelisah. Saya tidak yakin bahwa kebijakan Maharesi Lohgawe itu tepat.
Mpu Sridhara:
Tidak ada Kebijakan yang lebih baik daripada yang telah diputuskan.
Mpu Pamor: Saya
tak tahu mengatakannya, akan tetapi hati saya tak enak. Rasanya saya berkhianat
kepada raja.
(Ken Arok, hal.
49)
Dalam
dialog di atas jelas digambarkan konflik batin Mpu Pamor, yang bimbang terhadap
keputusan yang telah dijalankan bersama Lohgawe.
8. Teknik
Dialog
Dalam Drama ini terdapat dua macam tenik dialog, yaitu monolog dan
konversi (percakapan). Ada juga teknik dialog dalam bentuk prolog, namun tidak ditemukan epilog.
a.
Dialog
/ Percakapan
Contoh
konversi atau percakapan seperti percakapan antara Ken Arok
dengan pemimpin pengawal dan masih banyak lagi karena unsur utama sebuah drama
adalah percakapan setiap tokohnya, jadi terlalu banyak bila semua di tampilkan.
Ken Arok: Ada perampok Tuan!
Pemimpin Pengawal: Perampok? Dimana?
Ken Arok: Disini Tuan.
(ken Arok, hal 17)
b.
Monolog
Hanya terdapat sebuah monolog dalam naskah drama Ken arok
yaitu merupakan perkataan dari Bango Samparan, dengan bukti:
Ruangan kosong, tinggal Bango Samparan dan Pembawa berita .
Bango Samparan: Persilakan mereka masuk. (Pembawa berita
keluar). Saya sudah tahu, si arok ini luar biasa. Bayangkan, pendeta agung
ingin menghadap kepadanya. Bayangkan!
c.
Prolog
Dalam
drama ini juga terdapat prolog yang cukup banyak diantaranya:
Suatu jalan di tengah belantara.
Siang hari menuju sore
Tampak Ken Arok tidur di suatu tempat yang tinggi, sesuatu
yang dapat dibayangkan penonton sebagi batu besar atau cabang pohon dan
sebangsanya................
(Ken Arok, hal. 15)
Dalam
drama ini tidak terdapat epilog karena
penutupan di tutup dengan dialog.
9.
Gaya
Penulisan :
Bahasa yang digunakan ialah bahasa percakapan
sehari-hari. Tidak menggunakan bahasa melayu. Setiap tokoh memiliki ciri khas bahasanya
seperti untuk tokoh Ken Arok memiliki contoh bahasa pertentangan karena
cenderung sebagai tokoh antagonis dan berwatak pembangkang. Berbeda dengan
tokoh pendeta Lohgawe, yang
menggunakan bahasa penegasan karena tokoh tersebut merupakan tokoh yang
berpikiran dan berpandangan serius dan mungkin sekali penuh idealis.