Minggu, 19 Oktober 2014

Antologi Puisiku

Mengapa begitu
Karya Wening Suryandari

Bersandar pada pada ranting yang rapuh
Terus berjalan menyisiri  jalanan kumuh
Meronta mencari setitik cahaya
Menahan sakit yang tak pernah terobati
Tidak adakah lagi tombak yang suci
Yang menyinari celah celah sempit di malam hari
Kini tombak hanya berlumur darah
Yang mengoyak jantung hati sang pencari
Makin lama makin menjadi
Menggerogoti harta benda kami
Semakin rapuh dan akhirnya mati
Semakin tinggi dan memerah
Sampai kapan kamu bangga
Meracuni tubuhmu dengan tangis kami


Sepenggal kisah Lalu
Karya Wening Suryandari

Tetesan itu seringku dengar
Sering pulaku nikmati
Tapi aku tak pernah merasakan lagi
Menikmati hujan di sore hari
Berlari berteriak
Aku ingin rasa itu kembali
Kembali kemasa kecil yang seindah pelangi
Bersama sama memandangi televisi
Aku ingin menjadi dulu
Dulu aku ingin bersamamu lagi
Tak ada sepi tak ada sendiri
Tak ada kegalauan dihati
Ku rindu dahulu
Dahulu kala...


Ma’hadi Janati
Karya Wening Suryandari

Semakin menjauh melangkah bersama harapan
Merindu sungguh ke masa itu
Lantunan lembut ayat- ayatMu
Membangunkan  sukma mendayu sendu
Merindu sungguh ke rumahMu
Bersama-sama melantunkan asmaMu
Keikhlasan kelapangan kesederhanakan
Tak ada yang mengerti betapa indahnya di tempatmu
Namun tak juga sanggup bercerita tentangMu
Jika  tak merasakan indahnya di dalamMu
Keheningan memanggilku
Menggiringku untuk tak hanya terpaku
Dengan sedikit takut kulangkahkan kakiku
Hingga akhirnyaku menhadapMu
Mendekap dan berpasrah
Mengadu nasib mengaku bersalah


 
1 November 2013
Karena Rasa
Karya Wening suryandari

Tenang saja aku takan marah  takan benci
Aku hanya takut merepotkan
Akupun tak suka meminta jadi jangan pernah takut
Namun bukannya seorang teman lebih tau
Aku seharusnya tak perlu meminta tapi kamu langsung memberi
Tapi tak kau beripun tak mengapa
Aku masih punya tenaga untuk berjalan mengelilingi gurun pasir
Aku masih punya senyum untukmenghapus lelahku
Ingin sekaliku hilangkan rasa ini
Rasa yang membuat aku tak pernah dikenang
Hanya terkubur oleh masa lalu menghilang pelan
Bahkan seutas senyum hanya hambar memudar
Ingin sekali hilangkan rasa
Rasa yang membuat aku sering sendiri

2 November 2013
Sendiri di sini
Karya Wening Suryandari

Semoga tak laknat tak dosa
Bagaimana, beginilah jiwa yang kotor
Beginilah raga yang juga butuh sukma
Memberi celah sempit diantara yang padat
Otak ternyata belum mampu menjalankan semua
Masih butuh celah untuk sekadar menghela nafas
Jangan kalian tawai dan gunjing
Meski juga butuh namun mencoba ikhlas
Tidak begitu   jiwa raga disini
Terus meronta dan berkata
Sudah tua sudah tak sebaya enyah saja
Kita bukan mereka, pisang juga bukan pepaya
Dan rasa yang tak sama menjadikan benci semua
Ingin kembali bersama orang satu rasa
Satu jiwa satu raga
Karena tak ada dua atau sati disini jua
Wahai rasa yang sama, tolong raga yang tercekik
Sudah tak kuat akan pergi atau mati
Tolong temani disini
Jiwa yang sendiri

 

5 November  2013
Penantian
Karya Wening Suryandari

Sekarang tak buta melihat rupa rupa yang rupawan
Karena semua kan usang dimakan zaman
Biarkan hanya datang dengan kaki telanjang
Karena aku tak mau dengan yang bukan milik kalian
Lalu untuk apapula kalian tampakan berlian
Aku lebih suka pisau yang tajam
Kelembutan yang memeluk dikala petang datang
Pukulan sayang saat tak jalankan kewajiban
Usap tangan tulus yang tak tega melihat linangan
Bisikan kasih dikala raga tak kuat berjalan
Semua kusimpan dalam angan
Yang kelak kan kau wujudkan
Bersama tulang rusuk yang mencari pasangan
Membangun berdiri membentuk bangunan

Jumat 8 Nov 2013
Sifat Lahir
Karya Wening Suryandari

Jalak tak pernah merasakan menjadi merpati
Begitu juga rasa yang membuncah ini
Seonggok pengakuan yang rindu terpendam
Bak tunas tunas tak sehat di ladang seberang
Apalah jika pisau yang tajam dibiarkan
Menjadi diam hanya mendengarkan
Itulah sifat sejak dari dalam kandungan
Ingin pengakuan tapi biarlah diam
Hingga akhirnya membusuk di dalam tanah
Menjadi yang berguna untuk yang di bawah
Itulah sifat sejak dari kandungan
Takan ada yang tau pisau ini tajam
Biarlah hanya berguna untuk yang membutuhkan
Namun tetap jalak tak pernah merasakan menjadi merpati
Begitu pula semua orang yang tak pernah merasakan
Memiliki safat sejak dari kandungan.


8 November 2013
Pantaskah Aku?
Karya Wening Suryandari

Bagaimana kau bisa  menjadi seorang guru?
Jika langkahmu tak bisa ditiru
Tengok dan rabalah langkah – langkahmu
Abadikan dengan potret dan beritahukanlah pada murid muridmu.
Apakah kau pantas menjadi guru?
Ternyata jejakmu dulu menghitam tanpa cahaya
Hanya untuk sebongkah pengakuan fatamorgana
Bunuh saja aku jika kau pantas menjadi guru
Sungguh mata tersiksa memandang kelabu
Mulut hanya bicara tanpa kata-kata
Hanya menjadi biasa dan apa adanya
Guru: digugu lan ditiru
Bagaiman jika berkata namun tak mengamalkan kemarin lusa
Mungkinkah muridmu akan menggugu
Kemudian semua akan biasa mengikuti jejak langkah kelam sang guru
Sang pendidik yang tak seharusnya digugu lan ditiru
Berkacalah ditelaga suci
Hidup tak untuk impian fatamorgana
Namun hidup untuk matimu
Wahai calon guru!
Mari putihkan jejak langkah
Bukan bumi namun juga langitmu
Untuk digugu lan ditiru.


 
8 Novermber 2013
Tirakat
Karya Wening Suryandari

Sebutir batu akik bercahaya
Hadirkan sukma yang membius jiwa raga
Menerangi setulus matahari
Menyejukan selembut angin yang menerpa kala pagi
Saat semua masih terlelap
Tlah menyapa mesra kening di malam gelap
Saat semua asik memadu cumbu
Disana hanya  saling medoa
Raih angkasa raya dengan jemari yang suci
dengan keindahan tak pernah padam
lewat hati tanpa rongga tanpa celah seperti dada
Tirakat menjanjikan makhluk pilihan
Abadi bersama malaikat tanpa sayap
 Di hari penghabisan


Senin 25 November 2013
Lewat Sorot Mata Itu
Karya Wening Suryandari

Kau menyuburkan tawa menghapus duka
Sekejap saja namun merona
Memerahkan pipi yang telah lama meredam redup
Kau gilaskan rasa yang tak biasa membuat suka
Hadir sekejap menemani hari yang telah sunyi
Kala itu menentramkan sanubari
Sesegar darah merah di fajar pagi
Berbeda memang
Namun di sorot mata itu ada yang lucu
Aku membayangkan dia ada dimatamu
Yang hadir  sejenak menghangatkan beku
Hingga sebagian meleleh
Menjadikan air untuk membasuh lukaku.
Tataplah aku lagi nanti
Sebagai pengobat rindu
Di antara senja delima.


 Selasa, 26 November 2013

Aku Balita
Buih – buih di lautan semakin terombang ambing
Tidak indah namun indah katanya
Petir menyulut  api yang menjadi energi
Seram katanya namun tak seram
Namun seperti halnya tata surya yang tak pernah henti berjalan
Ia rapih tak bertabrakan
Bagai senja diantara ranting yang meranggas
Menghangatkan rintih matahari sore
Pandanglah hanya disatu titik
Bak kereta api berjalan satu tak akan bertemu
Tak sebabkan semua celaka





Selasa, 3 Desember 2013

Yang kini menghantarkan kelu
Menarik lidah yang telah kaku
Ingin sekali mengabarkan semua
Tapi sungguh masih belum dewasa
Dan masih malu-malu bercerita
Hingga telah di ujung bibir
Laluku telan kembali pahit
Mengapa masih juga tak kuasa
Merasa balita atau dirasa belum dewasa
Belum waktunya
Lihatlah sekarang tak ada lagi main gundu
Sayang, tetap salah karena kadangku rasa sendiri
Aku masih pantas main gundu saja.




Kamu yang muda
Karya Wening S   8 Desember 2013

Menabukan rasa yang membisik mesra
Bahkan tak pinta meronta
Ia mengaliri palung sanubari
Datang tanpa permisi
Namun air tak pernah menyakiti
Salahkah jika hanya muda
Bukankah cinta aku tak meminta
Seperti menyembunyikan yang wangi
Terus  semerbak menari – nari
Tetap indah meronakan hati
 Bagaimana aku akan berlari
Jika kau lumpuhkan langkah ini
Lewat buian sorot itu aku terhenti
Untuk tetap menikmati rasa stroberi
 Dia datang menyuburkan mawar yang akan mati
Melalui harum yang membius sukma
Dengan rupamu aku merindu
Menghilangkan rasa yang telah lama ada
Namun masih takut harumu berjalan menghilang
Hanya sebagai hiasan dalam bingkai
Kamu membuatku jatuh cinta lagi