Mengapa begitu
Karya Wening Suryandari
Bersandar pada pada ranting yang rapuh
Terus berjalan menyisiri jalanan kumuh
Meronta mencari setitik cahaya
Menahan sakit yang tak pernah terobati
Tidak adakah lagi tombak yang suci
Yang menyinari celah celah sempit di malam hari
Kini tombak hanya berlumur darah
Yang mengoyak jantung hati sang pencari
Makin lama makin menjadi
Menggerogoti harta benda kami
Semakin rapuh dan akhirnya mati
Semakin tinggi dan memerah
Sampai kapan kamu bangga
Meracuni tubuhmu dengan tangis kami
Sepenggal kisah
Lalu
Karya Wening
Suryandari
Tetesan itu seringku dengar
Sering pulaku nikmati
Tapi aku tak pernah merasakan lagi
Menikmati hujan di sore hari
Berlari berteriak
Aku ingin rasa itu kembali
Kembali kemasa kecil yang seindah pelangi
Bersama sama memandangi televisi
Aku ingin menjadi dulu
Dulu aku ingin bersamamu lagi
Tak ada sepi tak ada sendiri
Tak ada kegalauan dihati
Ku rindu dahulu
Dahulu kala...
Ma’hadi Janati
Karya Wening
Suryandari
Semakin menjauh melangkah bersama harapan
Merindu sungguh ke masa itu
Lantunan lembut ayat- ayatMu
Membangunkan sukma
mendayu sendu
Merindu sungguh ke rumahMu
Bersama-sama melantunkan asmaMu
Keikhlasan kelapangan kesederhanakan
Tak ada yang mengerti betapa indahnya di tempatmu
Namun tak juga sanggup bercerita tentangMu
Jika tak merasakan
indahnya di dalamMu
Keheningan memanggilku
Menggiringku untuk tak hanya terpaku
Dengan sedikit takut kulangkahkan kakiku
Hingga akhirnyaku menhadapMu
Mendekap dan berpasrah
Mengadu nasib mengaku bersalah
1 November 2013
Karena
Rasa
Karya
Wening suryandari
Tenang saja aku takan marah takan benci
Aku hanya takut merepotkan
Akupun tak suka meminta jadi jangan
pernah takut
Namun bukannya seorang teman lebih
tau
Aku seharusnya tak perlu meminta
tapi kamu langsung memberi
Tapi tak kau beripun tak mengapa
Aku masih punya tenaga untuk
berjalan mengelilingi gurun pasir
Aku masih punya senyum untukmenghapus
lelahku
Ingin sekaliku hilangkan rasa ini
Rasa yang membuat aku tak pernah dikenang
Hanya terkubur oleh masa lalu
menghilang pelan
Bahkan seutas senyum hanya hambar
memudar
Ingin sekali hilangkan rasa
Rasa yang membuat aku sering
sendiri
2
November 2013
Sendiri
di sini
Karya
Wening Suryandari
Semoga tak laknat tak dosa
Bagaimana, beginilah jiwa yang
kotor
Beginilah raga yang juga butuh
sukma
Memberi celah sempit diantara yang
padat
Otak ternyata belum mampu
menjalankan semua
Masih butuh celah untuk sekadar
menghela nafas
Jangan kalian tawai dan gunjing
Meski juga butuh namun mencoba
ikhlas
Tidak begitu jiwa raga disini
Terus meronta dan berkata
Sudah tua sudah tak sebaya enyah
saja
Kita bukan mereka, pisang juga
bukan pepaya
Dan rasa yang tak sama menjadikan
benci semua
Ingin kembali bersama orang satu
rasa
Satu jiwa satu raga
Karena tak ada dua atau sati disini
jua
Wahai rasa yang sama, tolong raga
yang tercekik
Sudah tak kuat akan pergi atau mati
Tolong temani disini
Jiwa yang sendiri
5
November 2013
Penantian
Karya
Wening Suryandari
Sekarang tak buta melihat rupa rupa
yang rupawan
Karena semua kan usang dimakan
zaman
Biarkan hanya datang dengan kaki
telanjang
Karena aku tak mau dengan yang
bukan milik kalian
Lalu untuk apapula kalian tampakan
berlian
Aku lebih suka pisau yang tajam
Kelembutan yang memeluk dikala
petang datang
Pukulan sayang saat tak jalankan
kewajiban
Usap tangan tulus yang tak tega
melihat linangan
Bisikan kasih dikala raga tak kuat
berjalan
Semua kusimpan dalam angan
Yang kelak kan kau wujudkan
Bersama tulang rusuk yang mencari pasangan
Membangun berdiri membentuk
bangunan
Jumat 8
Nov 2013
Sifat
Lahir
Karya
Wening Suryandari
Jalak tak pernah
merasakan menjadi merpati
Begitu juga rasa
yang membuncah ini
Seonggok
pengakuan yang rindu terpendam
Bak tunas tunas
tak sehat di ladang seberang
Apalah jika
pisau yang tajam dibiarkan
Menjadi diam
hanya mendengarkan
Itulah sifat
sejak dari dalam kandungan
Ingin pengakuan
tapi biarlah diam
Hingga akhirnya
membusuk di dalam tanah
Menjadi yang
berguna untuk yang di bawah
Itulah sifat
sejak dari kandungan
Takan ada yang
tau pisau ini tajam
Biarlah hanya
berguna untuk yang membutuhkan
Namun tetap
jalak tak pernah merasakan menjadi merpati
Begitu pula
semua orang yang tak pernah merasakan
Memiliki safat
sejak dari kandungan.
8 November 2013
Pantaskah
Aku?
Karya
Wening Suryandari
Bagaimana kau bisa menjadi seorang guru?
Jika langkahmu tak bisa ditiru
Tengok dan rabalah langkah –
langkahmu
Abadikan dengan potret dan
beritahukanlah pada murid muridmu.
Apakah kau pantas menjadi guru?
Ternyata jejakmu dulu menghitam
tanpa cahaya
Hanya untuk sebongkah pengakuan
fatamorgana
Bunuh saja aku jika kau pantas
menjadi guru
Sungguh mata tersiksa memandang
kelabu
Mulut hanya bicara tanpa kata-kata
Hanya menjadi biasa dan apa adanya
Guru: digugu lan ditiru
Bagaiman jika berkata namun tak
mengamalkan kemarin lusa
Mungkinkah muridmu akan menggugu
Kemudian semua akan biasa mengikuti
jejak langkah kelam sang guru
Sang pendidik yang tak seharusnya
digugu lan ditiru
Berkacalah ditelaga suci
Hidup tak untuk impian fatamorgana
Namun hidup untuk matimu
Wahai calon guru!
Mari putihkan jejak langkah
Bukan bumi namun juga langitmu
Untuk digugu lan ditiru.
8
Novermber 2013
Tirakat
Karya
Wening Suryandari
Sebutir batu akik bercahaya
Hadirkan sukma yang membius jiwa
raga
Menerangi setulus matahari
Menyejukan selembut angin yang
menerpa kala pagi
Saat semua masih terlelap
Tlah menyapa mesra kening di malam
gelap
Saat semua asik memadu cumbu
Disana hanya saling medoa
Raih angkasa raya dengan jemari
yang suci
dengan keindahan tak pernah padam
lewat hati tanpa rongga tanpa celah
seperti dada
Tirakat menjanjikan makhluk pilihan
Abadi bersama malaikat tanpa sayap
Di hari penghabisan
Senin 25
November 2013
Lewat
Sorot Mata Itu
Karya
Wening Suryandari
Kau menyuburkan
tawa menghapus duka
Sekejap saja
namun merona
Memerahkan pipi
yang telah lama meredam redup
Kau gilaskan
rasa yang tak biasa membuat suka
Hadir sekejap
menemani hari yang telah sunyi
Kala itu
menentramkan sanubari
Sesegar darah
merah di fajar pagi
Berbeda memang
Namun di
sorot mata itu ada yang lucu
Aku
membayangkan dia ada dimatamu
Yang
hadir sejenak menghangatkan beku
Hingga
sebagian meleleh
Menjadikan
air untuk membasuh lukaku.
Tataplah
aku lagi nanti
Sebagai
pengobat rindu
Di
antara senja delima.
Selasa, 26 November 2013
Aku Balita
Buih – buih di lautan semakin terombang ambing
Tidak indah namun indah katanya
Petir menyulut api
yang menjadi energi
Seram katanya namun tak seram
Namun seperti halnya tata surya yang tak pernah henti berjalan
Ia rapih tak bertabrakan
Bagai senja diantara ranting yang meranggas
Menghangatkan rintih matahari sore
Pandanglah hanya disatu titik
Bak kereta api berjalan satu tak akan bertemu
Tak sebabkan semua celaka
Selasa,
3 Desember 2013
Yang kini menghantarkan kelu
Menarik lidah yang telah kaku
Ingin sekali mengabarkan semua
Tapi sungguh masih belum dewasa
Dan masih malu-malu bercerita
Hingga telah di ujung bibir
Laluku telan kembali pahit
Mengapa masih juga tak kuasa
Merasa balita atau dirasa belum dewasa
Belum waktunya
Lihatlah sekarang tak ada lagi main gundu
Sayang, tetap salah karena kadangku rasa sendiri
Aku masih pantas main gundu saja.
Kamu yang muda
Karya Wening S 8 Desember 2013
Menabukan rasa yang membisik mesra
Bahkan tak pinta meronta
Ia mengaliri palung sanubari
Datang tanpa permisi
Namun air tak pernah menyakiti
Salahkah jika hanya muda
Bukankah cinta aku tak meminta
Seperti menyembunyikan yang wangi
Terus semerbak
menari – nari
Tetap indah meronakan hati
Bagaimana aku akan
berlari
Jika kau lumpuhkan langkah ini
Lewat buian sorot itu aku terhenti
Untuk tetap menikmati rasa stroberi
Dia datang
menyuburkan mawar yang akan mati
Melalui
harum yang membius sukma
Dengan
rupamu aku merindu
Menghilangkan
rasa yang telah lama ada
Namun masih
takut harumu berjalan menghilang
Hanya
sebagai hiasan dalam bingkai
Kamu
membuatku jatuh cinta lagi