BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Salah satu jenis karya sastra yang
menarik untuk dikaji ialah novel. Pengkajian terhadap salah satu genre karya
satra tersebut dimaksudkan selain untuk mengungkapkan nilai estetis dari
jalinan keterikatan antar unsur pembangunan karya satra tersebut, juga
diharapkan dapat mengambil nilai-nilai amanat di dalamnya. Nilai-nilai amanat
itu merupakan nilai-nilai universal yang berlaku di dalam masyarakat seperti
nilai moral, etika, religi. Nilai-nilai amanat itu tercermin dalam tokoh
cerita, baik melalui deskripsi pikiran, maupun perilaku tokoh.
Novel selain untuk di nikmati juga
untuk dipahami dan di manfaatkan oleh masyarakat. Dari sebuah novel dapat
diambil banyak manfaat. Karya satra (novel) menggambarkan pola pikir masyarakat,
perubahan tingkah laku masyarakat, tata nilai dan bentuk kebudayaa
lainnya, karya sastra merupakan potret
dari segala aspek kehidupan masyarakat. Pengarang menyodorkan karya satra
sebagai media alternatif untuk menyampaikan kejadian sosial masyarakat pada
zamanya.
Memilih Novel Saman yang
menceritakan kehidupan Saman yang diambil dalam latar pada abad ke-20
saat-saat akhir dari Orde Baru.Dan Saman ini juga mengambil tempat di Indonesia
yang pemerintahannyadikepalai oleh Presiden Soeharto. Suasana dan
peristiwa-peritiwa yangdiberikan dalam
novel ini sama dan menyerupai keadaan pada masa yang sesungguhnya.
1.2
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dijabarkan di atas maka dapat di rumuskan masalah
sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana cerita dari novel ini?
1.2.2 Apa saja unsur intrinsik dalam novel ini ?
1.2.3 Apa saja relevasi novel ini dengan kehidupan
sehari-hari ?
1.3
Tujuan
Tujuan penulisan karya tulis ini
dibuat supaya pembaca dapat lebih mengerti mengenai novel Saman dan unsur intrinsiknya.
Pembaca juga dapat mengambil amanat setelah memahami isi novel. Selain itu
karya tulis ini dibuat untuk memenuhi tugas Apresiasi Prosa.
1.4
Manfaat
Dari
hasil analisis novel Saman ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh antara
lain.
1.4.1
Dapat digunakan untuk mengembangkan
penelitian terhadap karya satra lebih lanjut.
1.4.2
Dapat memberikan gambaran kehidupan
kehidupan seorang pastur dan kehidupan sosial pada zamanya.
1.4.3
Dari karya sastra yang telah dikaji ini
kita dapat memperluas wawasan pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman yang
mendalam tentang kehidupan sosial masyarakat di daerah perkebunan karet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identitas Buku
Judul Buku : Saman
Penulis : Ayu Utami
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia,
Jakarta.
Cetakan : 15, 2000
Tebal Buku : 198 halaman
2.2 Sinopsis
Novel ini bercerita tentang kisah empat orang sahabat yang
saling terkait dengan masa lalunya. Yakni Laila, Shakuntala, Cok, dan Yasmin.
Mereka berempat bersahabat sejak SD. Mereka sama-sama mempunyai obsesi yang sama
terhadap laki-laki. Yasmin, seseorang yang membenci guru dan Laila yang
membenci laki-laki. Sementara, Cok tidak bisa menemukan apa yang harus ia
benci. Kebencian Laila pada laki-laki lenyap ketika ia jatuh cinta pertama kali
pada Wisanggeni yang kala itu sebagai mahasiswa seminari yang ditugaskan
membimbing rekoleksi tentang kesadaran sosial di SMP mereka. Sayangnya,
keluarga Minang Laila itu melihat putrinya bergaul dengan calon Pastor. Dan
Yasmin yang Katolik juga tidak menyetujui itu. Namun, Yasmin pula yang sering
membantu pertemuan Laila dengan Wis atas dasar peersahabatan. Semakin
berjalannya waktu, semuanya tengah berubah. Laila tidak lagi mencintai
Wisanggeni yang sudah mengganti nama menjadi Saman. Kali ini ia mencintai
Sihar, seseorang yang sudah beristri. Laila paling kuat mempertahankan
keperawanannya dibanding ketiga sahabatnya. Dia juga satu-satunya yang belum
menikah.
Yasmin seorang
pengacara handal yang dengan senang hati selalu mebela pihak yang dirugikan
tanpa harus meminta suatu imbalan yang besar. Yasmin telah menikah. Namun
berbeda dengan Cok yang selalu berganti-ganti pasangan dan dikenal sebagai
seorang yang binal. Shakuntala merupakan sahabat Laila, Yasmin, dan Cok yang
tinggal di New York lantaran ia mendapat beasiswa di bidang seni tari. Ketiga
sahabat ini mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan mengakibatkan mereka terlibat
dalam suatu masalah bersama Sihar dan Wissanggeni. Laila meminta Yasmin dan Wis
untuk menolong Sihar menyelesaikan kasus salah seorang teman Sihar yang meninggal
lantaran kecerobohan pimpinan mereka. Sihar dengan di bantu oleh Wis dan Yasmin
yang seorang pengacara berusaha menuntaskan kasus tersebut. Laila dan Sihar
menjadi sangat akrab lantaran kasus tersebut, hingga mereka pun merencenakan
suatu kencan. Namun, kencan tersebut digagalkan oleh Sihar lantaran ia tidak
tega terhadap keperawanan yang masih laila sandang.
Wisanggeni ditugaskan sebagai Pator paroki Parid yang
melayani kota kecil Perabumulih dan Karang Endah, wilayah keuskupan Palembang.
Sebelum sampai pada tempat tugasnya, ia menyempatkan diri ke bekas rumahnya 10
tahun silam. Setelah beberapa kali ke rumah itu, dan akrab dengan sang pemilik
rumah, ia mendapat kepercayaan untuk tinggal di situ selama pemiliknya ke
Jakarta untuk melahirkan. Ketika tinggal di rumah itu, Wis kembali bisa
merasakan hawa-hawa aneh seprti masa kecilnya. Ia juga bisa mendengar suara
adik-adiknya serta bercakap-cakap dengan bahasa masing-masing. Tiba-tiba Wis
mendengar suara minta gadis tolong dan iapun berlari ke sumber suara sampai di
sebuah sumur di tengah hutan. Setelah itu Wis berteriak minta tolong pada warga
sekitar. Dan setelah warga berdatangan,ternyata tak seorangpun berani masuk
menolong si gadis. Wis memberanikan diri melakukan itu, Ia dan gadis itu
selamat. Gadis itu bernama Upi, Ia adalah manusia yang keejiwaanya terganggu
dan tidak mengerti bahasa manusia. Ketika Wis mengembalikan Upi kepada orang
tuanya, baru ia ketahui bahwa Upi diasingkan oleh ibunya di rumah pemasungan
yang sangat kecil, tidak lebih dari baik dari kandang kambing. Merasa tidak
tega, dan sedikit demi sedikit muncul rasa sayang dihatinya, Wis membuatkan
rumah pasung baru untuk Upi yang lebih besar dan nyaman. Tidak hanya itu yang
ia lakukan, Melihat keadaan perkebunan di sana ia merasa prihatin. Ia jug takut
jika mereka pindah dari situ Upi tidak akan mendapat rumah yang lebih baik dari
sekarang. Kemudian dengan izin dari Uskup untuk berkarya di perkebunan, Wis
membuat tempat pengolahan karet sederhana untuk wilayah Lubukrantau itu dan
membuat pembangkit listrik.
Suatu ketika, kerusuhan terjadi. Pembangkit listrik buatan
Wis dirusak orang. Dan ternyata orang tersebut adalah orang suruhan perusahaan
kelapa sawit yang ingin membeli lahan perkebunan karet dan hanya Wis beserta
keluarga Upi sangat kokoh untuk tidak menjual lahan mereka. Para pembeli itu
merasa geram, mereka mengumpulkan perempuan dan anak kecil dalam surau kemudian
membakar seluruh rumah warga dan menculik Wis ke penjara pengasingan. Di situ
Wis disiksa habis-habisan dan dipaksa mengakui apa yang tidak ia lakukan. Ia
terpasa mengarang cerita untuk mengurangi penyiksaan bahwa ia adalah komunis
yang hendak mengkristenkan para petani Lubukrantau, membuat Sorga di bumi dan
ingin mengganti presiden. Ia terus melakukan itu sampai suatu hari, tempat
penyekapannya itu terbakar. Ia merasa terjebak oleh api, namun setelah
mendengar suara-suara masa kecilnya, tanpa ia ketahui caranya, ia selamat dari
lahapan api itu, dan Ia dibawa ke rumah sakit oleh Anson dan kemudian dirawat
oleh suster-suster gereja. Namun keberadaanya di sembunyikan sampai ia sembuh
setelah dirawat selama tiga bulan.Dia mengganti kartu identitasnya sampai
kasusu itu selesai sekitar dua tahun kemudian ia mengganti namanya menjadi
Saman.
Kemudian ia pun mengririm surat pada
ayahnya, agar ayahnya mempercayainya dan meminta maaf atas segala yang terjadi
dan berita berita yang beredar tidak mengenakan dan meminta sejumlah uang untuk
keperluan usahanya untuk kegiatan sosialnya. Kemudian Wis kembali terlibat
masalah di medan yang membuatnya menjadi buronan, dan akhirnya Yasmin pun
menolong Wis atas usul semua temannya di Palembang. Dia mengusulkan untuk agar
Wis pergi dari Indonesia. Ia pun membantu semua persiapan yang dibutuhkan atas
penyamaran Wis. Bersama Cok ia berhasil melarikan Wis tanpa seorang pun yang
tahu. Namun di tengah perjalan itu, Yasmin tak kuasa menahan perasaan sedihnya
terhadap kepergian Wis. Mereka akhirnya melakukan hubungan terlarang yang tidak
seharusnya dilakukan.
Akhirnya Wis yang berhasil melarikan
diri. Dia pun kini menjadi sangat dekat dengan Yasmin dan sangat mencintai
Yasmin. Perasaan dan nafsu yang selama ini di pendam selam ia menjadi pastor,
kini berubah menjadi perasaan penuh cinta terhadap Yasmin.
2.3 Analisis Unsur Intrinsik
2.3.1
Tema
Tema
dalam novel Saman karya Ayu Utami adalah Persahabatan yang dilatar belakangi kisah
tentang cinta, seks, Tuhan, agama, negara, ketidakadilan, spiritualitas, serta
perjuangan akan nilai kemanusiaan.
Karena
novel Saman sebenarnya adalah mengisahkan empat orang sahabat yang terjalin
sudah cukup lama, dari SD hingga usia 30 tahunan, yaitu Yasmin Minongka seorang
pengacara sukses. Laila seorang penulis dan fotografer. Shakuntala seorang
penari yang sedang menempuh studi master di New York. Dan Cok seorang pengusaha
sukses. Tetapi tokoh utama dalam novel ini adalah Saman atau Wisanggeni,
seorang Pastor yang beralih jadi aktivis Hak Asasi Manusia. Dari kisah 4 orang
sahabat dan seorang Pastor telah mengalami banyak kejadian- kejadian berupa
seks, negara, bahkan Tuhan dan lain lain.
Berikut ini bukti tema:
·
Persahabatan
Kami berteman sejak SD.
Waktu itu akulah yang paling jangkung diantara mereka. Laila yang paling kecil.
Yasmin yang paling bagus nilai rapornya. Cok yang paling genit (Saman, hal.
147)
Tahu – tahu usia kami sudah tiga puluh. Cok
sudah berdamai dengan orang tuanya. Yasmin tak lagi menganggap guru sebagai
musuh, sebab ia sudah lulus. (Saman, hal. 154)
·
Cinta
Aku Cuma ingin sama
–sama dia”.
“Laila, kalu kamu
kencan dengan dia disini, kamu pasti akan begituan lho! Udah siap?”
(Saman, hal. 145)
Kalau kekasihku muncul
dari gerbang itu, saya akan katakan padanya, kita sudah tidak berjumpa tiga
ratus enampuluh sembilan hari lamanya. (Saman, hal.29)
·
Seks
Namun, tanpa kupahami
akhirnya justru akulah yang menjadi seperti anak kecil: terbenam di dadanya
yang kemudian terbuka, seperti bayi yang haus. Tubuhku hampir berhimpit. Gemetar,
selesai sebelum mulai, seperti tak sempat mengerti apa yang baru saja terjadi.
Tapi ia tak peduli, ia menggandengku ke kamar. (Saman, hal. 177)
Saman,
Orgasme dengan penis
bukan sesuatu yang mutlak. Aku selalu orgasme jika membayangkan kamu. Aku
orgasme karena keseluruhanmu. (Saman, hal. 196)
·
Tuhan
Sakramen presbiterat.
Tiga lelaki tak berkasut itu lalu telungkup mencium ubin katedral yang dingin.
Mereka telah mengucapkan kaulnya. Pada mereka telah dikenakan stola dan kasula.
(Saman, hal. 41)
Yehuda juga mempunyai
seorang menantu dikala rambutnya telah memutih. Nama putra sulungnya ,Er,
berbuat salah sehingga Tuhan murka dan mencabut nyawanya. (Saman, hal. 187)
·
Negara dan Ketidakadilan
Nuansa politik yang
berhubungan dengan negara dengan mengritik kinerja aparat Orde Baru yang kurang
becus dalam mengurus masyarakatnya, meskipun penggambarannya tidak secara
terang terangan, namun duduk persoalan dalam novel ini sebenarnya mengandung
persoalan politik dan kekuasaan. Yang ditunjukan denagn jelas dalam kasus
perusahaan perkebunan karet. Dimana para aparat mengklaim tanah tanah penduduk
Lubukrantau sebagai tanah perusahaan. Demi membenarkan tindakan itu, para
aparat menunjukan surat pengantar dari bapak Gubernur.
Dibuktikan dengan: “
Persoalan itu Bapak tanyakan saja pada Bapak-Bapak di perusahaan. Kami cuma
bertugas menjalankan perintah Bapak Gubernur. (Saman, hal. 90)
Perjuangan nilai
kemanusiaan
Untuk memperlancar
pengambilan hak tanah para aparat menggunakan cara kekerasan. Dimana setiap
malam terjadi kasius kekerasan pemerkosaan, dan teror terhadap masyarakat
Lubukrantau. Kejadian demi kejadian itu membuat Hati Wis tergerak bersama para
pemuda berjuang menuntut keadila. Dibuktikan dengan:
Karena merasa persoalan
tak akan segera selesai, Wis pergi ke Palembang, Lampung dan Jakarta, setelah
memotret desa dan mengumpulkan data data tentang dusun mereka yang telah maju.
Ia mengunjungi kantor kantor surat kabar dan LSM. (Saman, hal. 92)
Lalu didengarnya Anson
berpidato. Dilihatnya lelaki itu, yang lebih muda daripada dia, dengan berapi
api menjelaskan bahwa perusahaan kelapa sawit yang kini menggantikan PTP
dimiliki oleh pengusaha cina. Orang Cina kini menjajah kita. (Saman, hal. 94)
2.3.2
Amanat
a. Sebagai
pimpinan harus bijaksana dan mau mendengarkan pendapat anggotanya. Karena
didalam novel tersebut Rosano (pimpinan Suhar) tidak mau mendengar masukan dari
Sihar.
Dibuktikan dengan:
“Sekali lagi, risikonya
tinggi. Kau boleh coret namaku dari kontrak ini kalau mau terus!” kata Sihar pada Rosano. (Saman,hal. 14)
b. Sebagai
seorang suami harus setia terhadap pasanganya. Seperti halnya Sihar dalam novel
Saman yang tergoda oleh Laila.
Dibuktikan dengan:
Di
perjalanan pulang dia bilang, sebaiknya kita tak usah berkencan lagi (saya
tidak meyangka). “Saya sudah punya istri.”
Saya
menjawab, saya tak punya pacar, tetapi punya orang tua “Kamu tidak sendiri,
saya juga berdosa” (Saman, hal. )
c. Jangan
memperlakuan orang yang keterbelakangan dengan semena-mena. Karena orang gila
(Upi) pun mempunyai hak untuk hidup.
Dibuktikan dengan:
....Semula dengan balok
kayu yang mengapit pergelangan kakinya. (Saman, hal. 70)
d. Bagi
pemerintah untuk memikirkan nasib rakyat yang tertindas.
Hal ini terdapat pada
bagian cerita mengenai penduduk Lubukrantau yang ditindas oleh aparat dan
diperlakukan secara semena mena.
Bapak di perusahaan.
Kami cuma bertugas menjalankan perintah Bapak Gubernur. (Saman, hal. 90)
e. Secara
garis besar kita dapat melihat adanya suatu perjuangan, pengorbanan, keikhlasan
sebagai amanat yang terkandung dalam novel Saman. Namun tidak dapat menutup
mata bahwa novel Saman juga banyak mengulas mengenai sex, bahkan secara vulgar,
yang amantnya hanya diperoleh bagi pembaca yang benar benar sudah dewasa.
Dibuktikan dengan: Ia
telah memutuskan:meringankan penderitaan si gadis dengan membangun sangkar yang
lebih sehat dan menyenangkan,(Saman, 74)
Perjuangan dibuktikan
dengan: Ia mengunjungi kantor kantor surat kabar dan LSM. (Saman, hal. 92)
Lalu didengarnya Anson
berpidato. Dilihatnya lelaki itu, yang lebih muda daripada dia, dengan berapi
api menjelaskan bahwa perusahaan kelapa sawit yang kini menggantikan PTP
dimiliki oleh pengusaha cina. Orang Cina kini menjajah kita. (Saman, hal. 94)
2.3.3
Tokoh
Penokohan
a. Tokoh Utama
1)
Laila
Laila wanita rela berkorban pada orang yg dicintainya, dan sangat baik terhadap lelaki yang dicintainya.
Laila wanita rela berkorban pada orang yg dicintainya, dan sangat baik terhadap lelaki yang dicintainya.
Ini dikutip :
Tapi temanku Laila tidak bahagia di New York. Ia
memang pantas tidak bahagia. Ia sudah melepaskan beberapa proyek di Jakarta,
menguras sebagian tabungannya. Ia bukan orang yang bisa begitu saja membeli
tiket seharga dua ribu dolar. Tetapi lelaki yang ditunggunya di Central Park
tidak juga memberi isyarat.
(Saman, hal. 144)
Seyiap kali mencintai Laila begitu penuh perhatian.
Jika hari ini si pria bilang kepingin sop konro atau toge goreng, kaset atau
kompakdisk lagu baru atau lam atau pernik lain, dia akan berusaha mempir dan
membelikannya.(Saman, hal. 155)
Membenci lelaki saat kecil
Dibuktikan dengan;
Menurut Laila, laki lakilah penjahat ulung yang mesti
dicurigai (Saman, hal. 147)
2)
Sihar
Sihar lelaki yang dicintai Laila namun sudah beristri,badannya kekar, tidak putih, berkacamata, kalem, beberapa helai uban telah tumbuh, dan ada yang khas yaitu bau tembakau atau keringat. Dibuktikan dengan:
Sihar lelaki yang dicintai Laila namun sudah beristri,badannya kekar, tidak putih, berkacamata, kalem, beberapa helai uban telah tumbuh, dan ada yang khas yaitu bau tembakau atau keringat. Dibuktikan dengan:
Ia mendongak ke arah Laila selintas saja,
mengelibatkan pantulan cahaya dari kacamatanya, lalu kembali membungkuk,
memeriksa mesin tadi. Laki laki itu telah melepaskan bagian atas bajunya dan
membiarkannya bergantung lepas dari pinggangnya, sehingga kita bisa melihat
tengkuknya yang gosong, lebih gelap dibanding lengannya.... (Saman, hal. 10)
Lelaki itu memang selera temanku: atletis. Tidak
putih, berkacamata, kalem, beberapa helai uban telah tumbuh dan ada odor yang
khas - tembakau atau keringat. (Saman,
hal.131)
Sifatnya yang lain dijelaskan pada pikiran tokoh lain
:
Buatku, dia terlalu serius, kurang imajinasi, lambat mengolah humor sehingga selalu terlambat tertawa – kadang sama sekali tak paham apa yang kami leluconkan. Berhubungan seks dengannya pasti tidak imajinatif dan tak ada pembicaraan post – orgasme yang menyenangkan. Tapi bukan itu yang membuatku keberatan, meski aku tak tahu apakah aku punya hak untuk keberatan.
Buatku, dia terlalu serius, kurang imajinasi, lambat mengolah humor sehingga selalu terlambat tertawa – kadang sama sekali tak paham apa yang kami leluconkan. Berhubungan seks dengannya pasti tidak imajinatif dan tak ada pembicaraan post – orgasme yang menyenangkan. Tapi bukan itu yang membuatku keberatan, meski aku tak tahu apakah aku punya hak untuk keberatan.
( Saman, hal. 132 )
Sihar orang yang bisa bicara dengan kata kasar kepada atasan atau dalam pekerjaan, seperti kepada Rosano. Tetapi dengan perempuan tak ada satu patah omongannya keluar. Tidak juga ada canda yang cabul. ( Saman, hal. 25 )
3)
Saman ( Athanasius Wisanggeni )
Orang yang pemberani dan banyak ide
Dibuktikan dengan: “Dia... dia orang yang banyak ide
dan berani. Namanya Saman”. Dulu namanya bukan Saman. (Saman, hal. 23).
Tubuhnya kurus dan dekil.
Dibuktikan dengan: Tak tau bagaimana Yasmin tertarik
padaku yang kurus dan dekil? Ia begitu cantik dan bersih. (Saman, hal. 177)
Begitu perhatian dan menyayangi sesama manusia.
Seperti dalam kutipan: Semakin aku terlibat dalam
penderitaanmu, semakin aku ingin bersamamu. Dan Wis selalu kembali ke sana.
Kian ia mengenal perkebunan itu, kian ia cemas pada nasib si gadis.(Saman, hal.
79 ).
4)
Yasmin
Perempuan yang cantik berkulit bersih dan berbadan ramping
Perempuan yang cantik berkulit bersih dan berbadan ramping
Dibuktikan dengan: Yasmin Minongka adalah perempuan
yang mengesankan banyak lelaki karena kulitnya yang bersih dan tubuhnya yang
langsing. (Saman, hal. 24)
Yasmin seseorang yang pintar dan kaya. Dijuluki the
girl who has everthing. Menjadi seorang pengacara.
Dibuktikan denagn kutipan: Yasmin adalah yang paling
berprestasi dan paling kaya diantara teman terdekat saya. Kami menjulukinya the
girl who has everything. Ia kini menjadi pengacara di kantor ayahnya
sendiri(Saman, hal. 24)
Sejak kecil, ia dibentuk orang tuanya untuk
menghabiskan waktu dengan hal yang produktif. Ibunya memaksanya kursus balet,
piano, berenang, dan bahasa Inggris sejak kelas 2 SD, dan ia menjadi serba
bisa. Ia tak pernah mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah. Pengetahuannya yang
luas kadang membuat dia menjadi teman bicara yang melelahkan karena ia suka
memborong pembicaraan.
Dibuktikan dengan: Sejak kecil, ia dibentuk orang
tuanya untuk menghabiskan waktu dengan hal yang produktif. Ibunya memaksanya
kursus balet, piano, berenang, dan bahasa Inggris sejak kelas 2 SD, dan ia
menjadi serba bisa. (Saman, hal. 146)
5)
Cok
Seorang yang periang dan ringan hati.
Seorang yang periang dan ringan hati.
Dibuktikan dengan: Dia periang dan ringan hati. Berada
bersamanya orang akan merasa bahwa hidup ini enteng....
(Saman, hal 146)
Genit
Dibuktikan dengan: Yasmin yang paling bagus nilai
rapornya. Cok yang paling genit (Saman, hal. 147)
Suka berganti ganti pasangan.
Dibuktikan dengan: Juga tidak ada cinta yang tahan
lama seperti manisan dalam botol selai. (Saman, hal. 146)
Cok sudah lima kali delpan kali pacaran dan masih
belum juga puas.(Saman, hal. 147)
6)
Sakuntala
Seseorang yang hidupnya penuh kebebasan, sahabat dari Laila, Cok, dan Yasmin. Sakuntala sangat menyayangi Laila.
Seseorang yang hidupnya penuh kebebasan, sahabat dari Laila, Cok, dan Yasmin. Sakuntala sangat menyayangi Laila.
Dibuktikan dengan: Tapi ia menemaniku. Namanya Laila.
Sejak saat itu ia menjadi sahabatku. (Saman, hal. 121)
Sangat membenci ayahnya.
Dibuktikan dengan: Terutama juga agar aku bisa pergi
amat jauh dari ayahku dan kakaku yang
tidak kuhormati. (Saman, hal.137)
b. Tokoh Pembantu
1)
Rosano
·
Atasan Sihar, seorang yang ramah, manis, tetapi angkuh.
Putra seorang pejabat Departemen Pertambangan.
Dibuktikan
dengan: Rosano menyapa dengan gayanya yang khas:ramah, manis, angkuh.
Belakangan Laila mendengar dari Sihar bahwa lelaki itu adalah putra seorang
pejabat Departemen pertambangan. (Saman, hal.13)
·
Seorang pemimpin yang tidak bijaksana,
Dibuktikan dengan: “Kami tidak berani memulai sekaran.
Resikonya cukup tinggi”. Rosano langsung membantah “Sekali lagi bukan tugas
kamu memutuskan. Hubungi mud longger.” (Saman, hal. 14)
2)
Upi
Merupakan orang yang mengalami keterbelakangan mental.
Dibuktikan dengan: Kemudian si ibu bercerita tentang
anak perempuan yang gila. (Saman, hal. 71)
Sangat haus akan seks.
Dibuktikan dengan: dia malah suka merancap dengan
pohon pohon itu, menggosok gosok selangkangannya, untung tanpa membuka celana.
(Saman, hal. 71)
Karena ia juga memperkosa dan menyiksa trenak tetangga
kami terpaksa memasungnya. (Saman, hal. 71)
3)
Anson
Kakak Upi yang pekerja keras matanya buta sebelah.
Dibuktikan denagn: Anson abangnya,memarahinya dan
mencoba menyelamatkan bebek itu. (Saman, hal. 72)
Tetapi Upi mengambil asam sulfit untuk mengencerkan
karet dan menyiram ke wajah kakanya
sendiri hingga rusak dan buta matanya yang kiri (Saman, hal. 72)
sangat menyayangi istrinya.
Dibuktikan dengan: Wis melihat anson menghapus isisa
sperma di paha istrinya dan menjadi begitu gundah.
4)
Mak Argani
Ibu Upi yang baik hati.
Dibuktikan dengan: Mak argani serta beberapa ibu
merawat istri Anson disana yang lain engabsen gadis gadis. (Saman, hal. 98)
5)
Hasyim Ali
Sahabat dekat Sihar yang sangat menyayangi keluarga
dan pekerja keras.
Dibuktikan dengan: Ia berasal dari lingkungan petani
kecil kelapa di Sumatra Selatan sehingga dengan penghasilannya sebagai buruh
minyak, sekitar satu setengah sampai dua juta rupiah sebulan, dia adalah
penopang utama ekonomi keluarga. (Saman, hal 20)
2.3.4 Latar
a. Latar tempat
Latar tempat
Novel Saman Yang pertama adalah di New
York, kemudian di Laut Cina Selatan, Pulau Matak dan di Prabumulih suatu tempat di Palembang di
daerah perkebunan karet. Dapat dibuktiakan dengan:
Di New York,
digambarkan :
Di taman ini
hewan hanya bahagia, seperti saya, seorang turis di New York. Apakah keindahan
perlu dinamai? Saya akan pacaran, seperti burung berbusung bersih di ranting
tadi. Saya akan pelukan, ciuman, jalan – jalan, dan minum di Russian Tea Room
beberapa blok ke barat daya. Mahal sedikit tidak apa – apa.
(Saman, hal.
2)
Dan kita di
New York. Beribu – ribu mil dari Jakarta. Tak ada orang tua, tak ada istri. Tak
ada dosa. Kecuali pada Tuhan, barangkali. Tapi kita bisa kawin sebentar, lalu
bercerai. Tak ada yang perlu ditangisi. Bukankah kita saling mencintai? Atau
pernah saling mencintai? Apakah Tuhan memerintahkan lelaki dan perempuan untuk
mencintai ketika mereka kawin? Rasanya tidak .
( Saman,
hal. 30 )
Di Laut Cina
Selatan digambarkan dengan:
LAUT CINA
SELATAN, Februari 1993
Dari
kejauahan, sebuah ring nampak seperti kotak perak di tengah laut lapis lazuli.
Helikopter terbang mendekat dan air yang semula nampak tenang sebetulnya
terbentuk dari permukaan yang bergejolak, kalem namun perkasa, seperti
menyembunyikan kekuatan yang dalam.
(Saman, hal.
7)
Di Pulau
Matak dapat dibuktikan dengan:
PULAU MATAK,
ESOK HARINYA
Tangnmu
luka. Sihar terus memukul bangku mika di Bandara yang keci, sehingga kulit ari
dibuku jarinya lecet. (Saman, hal. 17)
Prabumulih digambarkan sebagai berikut:
Prabumulih
masih kota minyak di tengah Sumatera Selatan yang sunyi masa itu. Cuma ada satu
bioskop, sehingga orang – orang biasa membawa anak – anak bertamasya ke rig di
luar kota, melihat mesin penimba minyak mengangguk – angguk seperti dinosaurus.
Hiburan menegangkan lain adalah lutung atau siamang yang mendadak turun dari
pepohonan.
(Saman, hal.
45)
Palembang
Adalah
tempat Laila meminta bantuan kepada Saman dan Yasmin.
Dibuktikan
dengan: Dari Pelembang, saya menghubungi kedua teman saya. (Saman, hal. 23)
b. Latar waktu
Latar waktu
pada Novel Saman adalah dari tahun 1962 – 1996 saat-saat akhir dari Orde Baru.
Tahun 1962 ketika Saman masih kecil sampai tahun 1996 ketika Laila menunggu
kepastian dari orang yang dicintainya, yaitu Sihar.
Dibuktikan dengan:
Di halaman
44 ditulis : Prabumuli 1962.
Dan di
halaman pertama ditulis : Central Park, 28 Mei 1996.
6)
Latar
Suasana
Latar
suasana pada keseluruhan cerita adalah kegelisahan dan masalah masalah
kompleks para tokohnya yang mempertentangkan
hati nurani namun di tambah dengan suasana perkebunan yang mengalami masalah. Misalnya
dari tokoh Saman yang mengalami banyak sekali kejadian yang membuat dirinya
harus melawan emosinya atau gejolak hatinya sendiri, diantaranya adalah pada
saat Saman atau Wisanggeni bertemu dengan Upi gadis yang mengalami
keterbelakangan mental, di sini Wisanggeni sendiri tidak paham terhadap jalan
pikirannya dia begitu ingin melindungi Upi tapi tak mengerti atas dasar apa dia
melakukannya seperti ada kegelisahan dalam dirinya.
Dibuktikan
dengan: Wis merasa bahwa ia menyayangi gadis ini. Terkadang dipandanginyaanak
itu, dengan heran menyadari bahwa kasih datang dengan cara yang aneh setelah kita terlibat dalam suatu
kesedihan. (Saman, hal. 76)
Kegelisahan
juga dialami Laila yang mencintai seorang yang sudah beristri dan antara
menyayanginya dan menyayangi orangtuanya, hanya mencintainya atau melepas
keperawanannya.
Dibuktikan
dengan: Aku tidak akan menganggu istrinya. Aku Cuma ingin ketemu dia. Aku tak
akan menggangu keluarganya. (Saman, hal.123)
2.3.5
Alur
Dalam
novel Saman, penulis menggunakan Alur Campuran atau Gabungan. Karena jelas
sekali dalam novel Saman ini penulis membuat latar waktu yang berbolak balik.
Pada awal cerita penulis mengawalinya dengan tahun 1996 ketika Laila sedang
berada di New York untuk menunggu Sihar, kemudian penulis menceritakan awal
mula pertemuan antara Laila dan Sihar pada tahun 1993 di pertambangan sekitar
Laut Cina Selatan. Selanjutnya penulis menceritakan sosok Wisanggeni yang
menjadi pastur pada tahun 1983 kemudian penulis menceritakan kejadia kejadian
yang dialami Wisanggeni di masa kecilnya di daerah Perabumulih tahun 1962
setelah itu kembali ke tahun 1984 ketika Wis di tempatkan untuk menjadi Pastur
di Perabumulih setelah lama ditinggalkannya. Setelah penulis menceritakan
perjalanan hidup Wis sampai mengubah namanya menjadi Saman, kemudian alur
cerita kembali lagi ke tahun 1996 di New York. Kemudian penulis menceritakan surat
Wisanggeni untuk ayahnya tahun 1990 dan yang terakhir penulis membawa kita ke
New York 7 Mei 1994 yang mengisahkan tentang Saman dan Yasmin. Demikian alur
dalam novel Saman yang dibuat dengan sangat kompleks membuat pikiran pembacanya
membolak balikan waktu kejadian dan memahaminya dengan mengurutkan urutan waktu
yang sebenarnya.
2.3.6
Sudut
Pandang
Dalam novel
“Saman” ini penulis menggunakan sudut pandang campuran, karena pada awal cerita
menggunakan kata ganti orang pertama, yaitu “aku” dan saya. Seperti dikutip:
Di taman
ini, saya adalah seekor burung. Terbang beribu – ribu mil dari sebuah negeri
yang tak mengenal musim, bermigrasi mencari semi, tempat harum rumput bisa
tercium, juga pohon – pohn, yang tak pernah kita tahu namanya atau umurnya.
(Saman, hal. 1)
Namun pada
pertengahan cerita, penulis menceritakan orang lain serba tahu, sehingga
menjadi sudut pandang orang ketiga ‘dia’.
Dibuktikan
dengan kutipan: Barangkali dia beruntung. Dia adalah satu-satunya anak yang
berhasil lahir dari rahim ibunya dan hidup. Dua adiknya tak pernah lahir, satu
mati pada hari ketiga. (Saman, hal. 44)
2.3.7
Gaya
Bahasa
Gaya Bahasa pada
novel Saman Sangat mempengaruhi kevariatifan alur, kevariatifan ini disebabkan
oleh pilihan kata yang sangat komplek dan penggunaan kaliamat yang banyak
mengalami penyimpangan kaidah ketatabahasaan. Novel Saman juga banyak
menggunakan bahasa figuratif supaya dapat menghasilakn pengolahan dan
pembayangan gagasan secara menarik. Seperti metafora pada novel ini yang
sanggup memebentuk perbandingan dengan dengan benda yang jauh hubungannya,
namun intinya adalah sebagai media penyampaian ide atau gagasan secara
imajinatif.
Dapat dilihat
pada kutipan: Perempuan itu membasuh tunas jantan yang menjulur dengan air
matanya, lalu mengecupnya dengan air liurnya. Lelaki itu menggeliat. (Saman,
hal. 193)
2.4
Analisis
Unsur Ekstrinsik
2.4.1
Biografi Pengarang
Ayu
Utami yang mempunyai nama lengkap Justina Ayu Utami dikenal sebagai
novelis pendobrak kemapanan, khususnya masalah seks dan agama. Ia dilahirkan di
Bogor, Jawa Barat, 21 November 1968. Ayahnya bernama Johanes Hadi Sutaryo dan
ibunya bernama Bernadeta Suhartina. Ia berasal dari keluarga Katolik.
Pendidikan terakhirnya adalah S-1 Sastra Rusia dari Fakultas Sastra
Universitas Indonesia (1994). Ia juga pernah sekolah Advanced Journalism,
Thomson Foundation, Cardiff, UK (1995) dan Asian Leadership Fellow
Program, Tokyo, Japan (1999). Ayu menggemari cerita petualangan,
seperti Lima Sekawan, Karl May, dan Tin Tin. Selain itu, ia
menyukai musik tradisional dan musik klasik. Sewaktu mahasiswa, ia
terpilih sebagai finalis gadis sampul majalah Femina, urutan kesepuluh. Namun,
ia tidak menekuni dunia model.
Ayu pernah bekerja sebagai sekretaris di perusahaan yang memasok senjata
dan bekerja di Hotel Arya Duta sebagai guest public relation. Akhirnya, ia
masuk dalam dunia jurnalistik dan bekerja sebagai wartawan Matra, Forum
Keadilan, dan D & R. Ketika menjadi wartawan, ia banyak mendapat
kesempatan menulis. Selama 1991, ia aktif menulis kolom mingguan “Sketsa”
di harian Berita Buana. Ia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
dan ikut membangun Komunitas Utan Kayu, sebuah pusat kegiatan seni, pemikiran,
dan kebebasan informasi, sebagai kurator. Ia anggota redaktur Jurnal
Kalam dan peneliti di Institut Studi Arus Informasi.
Setelah tidak beraktivitas sebagai jurnalis, Ayu kemudian menulis novel.
Novel pertama yang ditulisnya adalah Saman (1998). Dari karyanya itu, Ayu
menjadi perhatian banyak pembaca dan kritikus sastra karena novelnya dianggap
sebagai novel pembaru dalam dunia sastra Indonesia. Melalui novel itu pula, ia
memenangi Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Novel tersebut
mengalami cetak ulang lima kali dalam setahun. Para kritikus menyambutnya
dengan baik karena novel Saman memberikan warna baru dalam sastra Indonesia.
Karyanya yang berupa esai kerap dipublikasikan di Jurnal Kalam. Karyanya yang
lain, Larung, yang merupakan dwilogi novelnya, Saman dan Larung, juga mendapat
banyak perhatian dari pembaca.
Novel Saman tentunya sangat terpengaruh besar oleh perjalanan hidup Ayu Utami dari sekolahnya yang mengambil
jurusan sastra sehingga tidak susah bagi penulis untuk menulis dengan gaya
bahasa yang bernilai sastra tinggi, kemudian ia juga pernah bersekolah Advanced
Journalism, Thomson Foundation, Cardiff, UK (1995) dan Asian Leadership
Fellow Program, Tokyo, Japan (1999), sehingga dia telah mengenal dunia tulis
menulis dengan cangkupan yang lebih luas,lalu ia berkarir menjadi wartawan yang
tentunya berpengaruh besar terhadap novel Saman. Agama penulis juga sangat
berpengaruh besar terhadap isi Novel Saman yang banyak menceritakan tentang kehidupan
seorang pastor, aktifis greja dan banyak istilah – istilah dalam agama Katolik yang
dimunculkan dalam novel Saman.
Dibawah ini dipaparkan lebih singkat mengenai seorang Ayu Utami:
a. Karier dan
kegiatan
·
Wartawan lepas Matra
·
Wartawan Forum Keadilan
·
Wartawan D&R
·
Anggota Sidang Redaksi Kalam
b.
Karya
·
Kumpulan Esai "Si Parasit Lajang",
GagasMedia, Jakarta, 2003
·
Esai Si Parasit Lajang (2003)
·
Biografi
Cerita Cinta Enrico (2012)
·
Biografi Soegija: 100% Indonesia (2012)
c.
Penghargaan
·
Pemenang Sayembara Penulisan Roman
Terbaik Dewan Kesenian Jakarta tahun 1998 untuk novelnya Saman
·
Prince Claus Award dari Prince Claus
Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag, tahun 2000
·
Penghargaan Khatulistiwa Literary Award
tahun 2008 untuk novelnya Bilangan Fu
2.4.2 Psikologi
Pengarang
Psikologi pengarang maupun penerapan prinsip-prinsip psikologi dalam
karyanya tampak dalam karya sastra Ayu Utami yang muncul pada tahun 1998,
karena pada masa itu telah runtuh rezim orde baru yang tidak
hanya membawa kebebasan untuk bersuara, berpendapat dan berekspresi, Namun juga
turut mempengaruhi perkembangan sastra Indonesia. Perkembangan ini ditandai
dengan banyak bermunculan pengarang dan sastrawan baru yang kritis dan lugas
dalam mengeluarkan karya-karya sastra yang bersifat experimental dengan
menyuarakan kondisi-kondisi sosial yang selama ini menjadi hal tabu untuk
dibicarakan untuk diangkat sebagai karya sastra. Ayu Utami adalah satu diantara
sastrawan baru yang memulai karir dalam kesusastraan Indonesia, dengan karyanya
Saman yang telah mengulas hal-hal tabu yang dulunya masih sangat tidak pantas
dijadikan karya sastra. Dan Ayu Utami juga telah mempelopori kebebasan dalam
mengekspresikan karya sastra. Hal ini disebabkan pandangan hidup seorang Ayu
Utami yang bebas dan memiliki pikiran kritis terhadap pemerintah dan ia juga
seorang Katolik yang taat agama membuat karyanya Saman banyak diwarnai oleh
pemikiran yang luar biasa yang dituangkan secara terang-terangan.
2.4.3 Lingkungan Masyarakat
Karya
Ayu Utami ini mencerminkan masyarakat pada tahun 1998 yang sangat haus akan
istilah demokrasi, kehidupan masyarakat pada sekitar tahun 1998 yang sangat
ingin bersuara dengan babas namun terbelenggu oleh batasan-batasan yang dibuat
pemerintah.Sampai pecahlah revormasi yang tidak hanya membawa kebebasan untuk
bersuara, berpendapat dan berekspresi, Namun juga turut mempengaruhi dunia
sastra. Sehingga sejak saat itu masyarakat bebas berekspresi sesuai suara hati
yang ingin diungkapkan, novel Saman karya Ayu Utami telah menggambarkan
kebebasan mengungkapkan segala inspirasi dalam dirinya meskipun sampai kepada
hal yang tabu.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Novel
karya Ayu Utami sangat menggambarkan situasi pada zamanya di daerah perkebunan
sehingga kita tahu masalah sosial yang terjadi pada masa itu, dan permasalahan
individu tokoh- tokohnya yang banyak mengalami gejolak jiwa dapat menjadi pesan
tersendiri bagi pembacanya dalam menjalani kehidupan. Yang mempertentangkan
norma yang ada dalam masyarakat, misalnya Laila yang tidak seharusnya mencintai
dan berkencan dengan pria yang sudah beristri, Kemudian Yasmin yang seharusnya
tidak melakukan hubungan intim dengan orang lain, karena dia sudah mempunyai
suami, Kemudian Cok yang suka bergonta ganti pasangan, Shakuntala yang begitu
membenci orang tuanya dan juga suka bergonta ganti pasangan dan terakhir tokoh
utama adalah seorang pastor bernama Saman yang seharusnya tidak pernah
melakukan perbuatan zina, namun ia menikmatinya meski tau itu dosa. Dari semua
kisah yang di ceritakan penulis di harapkan pembaca dapat mengambil sikap dan
menjauhi hal-hal yang tidak baik tersebut. Karena tidak semua yang ditulis
pengarang untuk ditiru, namun sebagai pembelajaran untuk kita.
3.2
Saran
Memperbanyak membaca karya karya sastra
supaya kita bisa belajar kehidupan dan mengambil amanat yang terdapat dalam
cerita.
Ga ada Daftar isi sama kata pengantar ???
BalasHapus