ANALISIS
STRUKTURAL ROMAN JAKOBSON
PUISI
NYANYIAN
GERIMIS
Karya Soni Farid
Maulana
Disusun
Guna Memenuhi Tugas Apresiasi Puisi
Dosen
Pengampu Drs. Mukh Doyin, M. Si.
Oleh
Wening
Suryandari (2101412104)
Rombel 3
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
2013
ISI
A.
Puisi
NYANYIAN GERIMIS
SONI FARID MAULANA
Telah kutulis
jejak hujan
Pada rambut
dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum
kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik hangat
percakapan juga gerak sukma
Yang saling
memahami gairah terpendam
Dialirkan
sungai ke muara
Sesaat kita larut dalam keheningan
Cinta membuat kita betah
hidup di bumi
Ekor cahaya
berpantulan dalam matamu
Seperti lengkung pelangi
Sehabis hujan menyentuh
telaga
Inikah musim semi yang sarat nyanyian
Juga tarian
burung-burung itu?
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat letupan. Lalu desah
nafasmu
Adalah puisi adalah gelombang lautan
Yang menghapus jejak
hujan
Di pantai
hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada kulit dan rambutmu
Menghapus jarak dan
bahasa
Antara kita
berdua
1988
B.
Analisis Struktural Roman Jakobson
Analisis struktural meliputi struktur fisik dan struktur
batin puisi. Struktur fisik terdiri dari perwajahan puisi, diksi, imaji, kata
konkret, majas, rima, irama, dan suasana. Sedangkan struktur batin terdiri dari
tema, rasa, nada, dan amanat.
1.
Struktur Lahir
a) Tipografi
Tipografi, yang dipakai
pada puisi “nyanyian gerimis” sangat
terlihat menonjol, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga puisi yang
hanya memakai satu tanda tanya. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap
puisi meskipun juga
bisa hanya sekadar unsur keindahan indrawi. Menggunakan baris – baris yang tak sejajar satu sama lain dan menggunakan
sedikit tanda baca, mungkin mempunyai
makna yang mendalam.
Tipografi pada puisi ini menggunakan huruf
besar diawal baris dan tanda titik pada baris kedua . Terbukti pada kutipan
puisi dibawah ini
Telah
kutulis jejak hujan
Pada
rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi
kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Tanda titik pada baris kedua puisi “nyanyian gerimis”
yang dilanjutkan kata kuntum yang diawali dengan huruf besar seolah menonjolkan
kata kuntum yang bermakna seorang yang kesepian yang semakin merindu.
Kemudian
setelah bait pertama bentuk baris yang tidak rata seperti melengkung, dapat
dilihat sebagai berikut:
Sesaat
kita larut dalam keheningan
Cinta membuat
kita betah hidup di bumi
Ekor
cahaya berpantulan dalam matamu
Seperti lengkung pelangi
Sehabis hujan
menyentuh telaga
Dari bait yang
tidak rata tersebut melambangkan kata yang terdapat dalam baris itu sendiri,
penyair yang menggambarkan sorot mata yang begitu indah seperti lengkungan
pelangi, membuat puisi lebih hidup jika baris- baris dibuat melengkung tak
beraturan.
Pada bait
selanjutnya baris – baris masih tak beraturan, dapat dilihat sebagai berikut:
Inikah musim
semi yang sarat nyanyian
Juga tarian
burung-burung itu?
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat letupan. Lalu desah
nafasmu
Adalah puisi adalah gelombang lautan
Yang menghapus jejak
hujan
Ketidakberaturannya
baris tersebut, selain sebagai keindahan indrawi namun melambangkan maksud yang
disesuaikan dengan kata-kata dan isi puisi pada baris tersebut yaitu kata
tarian burung, gelombang lautan sehingga tipografinya juga bergelombang dan
tidak beraturan.
Selanjutnya
pada empat baris terakhir, yang berbunyi sebagai berikut:
Di pantai
hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada kulit dan rambutmu
Menghapus jarak dan
bahasa
Antara kita
berdua
Pada
empat baris terakhir terdapat tanda titik setelah kata hatiku dan baris itu
menjorok dari depan lagi, yang mempengaruhi cara membaca dan maksud penyair
yang ingin menekan dan memulai lagi dari kata itu. Kemudian sampai baris
terakhir sengaja dibuat baris yang tidak lurus tetapi tersusun, melambangkan
penyelesaian yang selaras antara kita berdua.
b)
Diksi
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair
dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata
dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat
mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna,
keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Diksi dalam puisi ini menggunakan
kata-kata yang tidak mudah dimengerti dalam sekali baca, butuh kepekaan yang
tinggi dalam menganalisis makna puisi ini. Seperti penyair memilih kata berpantulan untuk menggambarkan pancaran
yang berbinar binar. Penyair juga memilih kata tarian burung-burung, yang menggambarkan keindahan yang tak
terhingga. Kemudian penyair menggunakan pilihan diksi pantai yang indah digabungkan dengan hatiku
menghasilkan makna yang indah pula.
c)
Imaji (Citraan)
Dalam
puisi ini pengarang menggunakan imaji pendengaran dan perasaan juga
penglihatan. Yang dapat dibuktikan sebagai berikut:
Pada bait pertama baris pertama, yang secara
tidak langsung memunculkan imaji penglihatan.
Telah kutulis
jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Pada baris kelima bait pertama yang memunculkan imaji
perasaan yaitu:
Yang
saling memahami gairah terpendam
Begitu juga pada Cinta membuat kita betah hidup di bumi dan
baris terakhir Menghapus jarak dan bahasa Antara
kita berdua yang juga merupakan imaji perasaan.
Kemudian
pada baris Sesaat kita larut dalam keheningan dan Sarat
letupan. Lalu desah nafasmu yang memunculkan citraan pendengaran.
d)
Kata konkret
Kata
kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan
munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Pada puisi “nyanyian gerimis” terdapat beberapa kata
konkret sebagai berikut:
·
Kuntum Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu yang melambangkan kerinduan yang amat sangat.
·
Yang saling memahami gairah terpendam yang melambangkan seakan saling merasa kerinduan meski
tak bertemu tapi seolah bertemu dalam angan
·
Sesaat kita larut dalam keheningan yang menggambarkan seorang yang membayangkan kekasihnya
di suasana sepi dan sunyi.
·
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu melambangkan mata sang kekasih yang berbinar-binar penuh
bahagia.
·
Kerinduan bagai awah gunung berapi melambangkan
kerinduan yang amat sangat dan meluap-luap.
e) Sarana Retorik / Majas
Dalam puisi “Nyanyian
Gerimis” penyair
menggunakan gaya bahasa personifikasi, metaforan dan hiperbola dan simile, yang
dapat dijabarkan sebagai berikut:
·
Personifikasi :Telah kutulis
jejak hujan
kuntum kesepian yang
mekar seluas kalbu
Dipetik hangat percakapan
menghapus jejak hujan
·
Metafora :Ekor
cahaya berpantulan
·
Simile :Seperti lengkung pelangi
Kerinduan
bagai awah gunung berapi
f)
Rima dan irama
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal,
tengah, dan akhir baris puisi. Sedangkan irama adalah lagu kalimat yang
digunakan penyair dalam mengapresiasikan puisinya.
Rima dalam puisi “Nyanyian Gerimis” tidak terlalu diatur
karena lebih mementingkan isi, rima pada bait pertama yaitu : a-u-u-a-a-a
Telah kutulis
jejak hujan (a)
Pada rambut
dan kulitmu yang basah. Kuntum (u)
Demi kuntum
kesepian yang mekar seluas kalbu (u)
Dipetik hangat
percakapan juga gerak sukma (a)
Yang saling
memahami gairah terpendam (a)
Dialirkan
sungai ke muara (a)
Kemudian
pada bait kedua rima juga tidak beraturan, yaitu: a-i-u-i-a
Sesaat kita
larut dalam keheningan (a)
Cinta membuat kita betah
hidup di bumi (i)
Ekor cahaya
berpantulan dalam matamu (u)
Seperti lengkung pelangi (i)
Sehabis hujan menyentuh
telaga (a)
Pada
bait terakhir rima juga tak beraturan dan baitpun tidak jelas jumlah barisnya,
rima pada bait terakhir yaitu: a-
u-i-u-a-a-a-u-a-a
Inikah musim
semi yang sarat nyanyian (a)
Juga tarian burung-burung
itu?(u)
Kerinduan bagai awah gunung berapi(i)
Sarat letupan. Lalu desah
nafasmu (u)
Adalah puisi adalah gelombang lautan
(a)
Yang menghapus jejak
hujan (a)
Di pantai
hatiku. Begitulah jejak hujan(a)
Pada kulit dan rambutmu (u)
Menghapus jarak dan
bahasa (a)
Antara kita
berdua (a)
Irama pada Puisi “Nyanyian Gerimis”
memiliki irama perlahan dan syahdu penuh
penghayatan.
g). Enjambemen
Dalam puisi “Nyanyian
Gerimis” terdapat
beberapa enjambemen diantaranya dapat diamati sebagai berikut:
Pada rambut
dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum
kesepian yang mekar seluas kalbu
Jika kita perhatikan artinya
kata Kuntum merupakan
bagian dari baris selanjutnya, jika dilihat dari tanda bacanya juga kata Kuntum merupakan bagian dari baris
selanjutnya. Sehingga kalau kita susun menurut aturan
yang umum ,baris tersebut
mestinya sebagai berikut.
Pada rambut
dan kulitmu yang basah.
Kuntum demi kuntum kesepian yang mekar
seluas kalbu
Tetapi penulisan
tersebut bukan tanpa kesengajaan ada maksud tertentu penyair menulis dengan
bentuk demikian. Yang dilakukan penulis tersebut bukan sekedar iseng ataupun
hanya memperindah wajah puisi belaka. Namun ada maksud tersendiri dari penyair. Kata kuntum yang pertama sengaja dipisahkan dengan kata
setelahnya untuk menekan kata tersebut yang sekaligus menekan arti kata kuntum
seperti seorang wanita, yang tidak bisa di dapat jika kuntum yang pertama digabungkan.
Enjambemen juga terdapat pada baris empat dan lima yang dapat diamati sebagai berikut:
Dipetik hangat
percakapan juga gerak sukma
Yang saling
memahami gairah terpendam
Jika kita perhatikan baris ke empat dan lima tersebut maka
sebenarnya susunan yang benar sesuai kaidah
adalah sebagai berikut:
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma yang saling memahami gairah
terpendam
Penyairpun ada maksud
tertentu membuat sususnan baris menjadi seperti itu. Perasaan yang timbul jika
penulisan baris keempat dan lima
digabungkan selain terlalu panjang juga menimbulkan arti yang datar.
Kemudian pada bait
kedua baris terakhir juga terdapat ada
enjambemen yang dapat
di bandingkan sebagai berikut:
Seperti
lengkung pelangi
Sehabis hujan menyentuh
telaga
Penulisan sebenarnya adalah sebagai berikut:
Seperti
lengkung pelangi sehabis hujan
menyentuh telaga
Namun
jika penyair menuliskan puisi seperti bentuk kedua tentu tidak akan terjadi
penekanan makna. Puisi akan terasa datar dan pembaca kurang bisa mengambil
makna yang ditonjolkan.
Kemudian
enjambemen juga terdapat pada bagian akhir yaitu:
Menghapus
jarak dan bahasa
Antara kita
berdua
Jika
ditulis sesuai aturan yang sebenarnya
adalah sebagai berikut:
Menghapus
jarak dan bahasa Antara kita
berdua
Namun penulisan tersebut akan mengurangi makna antara
kita berdua, sehingga penyair sengaja memisahkan baris tersebut supaya
makananya lebih menonjol.
2. Struktur batin
a)
Tema
Dalam puisi ini penyair mengangkat tema tentang kerinduan
kepada kekasih.
Terbukti pada baris-barispuisi
berikut ini:
Kuntum
Demi
kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Kemudian dikuatkan lagu lewat baris puisi berikut:
Kerinduan
bagai awah gunung berapi
Sarat
letupan.
Karena
kerinduan yang amat sangat kepada sang kekasih sehingga penyair membayangkan kekasihnya
di kala hujan gerimis.
b)
Nada dan Suasana
Ketika kita baca judul
puisi “nyanyian gerimis” kemudian pada kata Kuntum Demi kuntum kesepian
yang mekar seluas kalbu, terasa sekali suasana puisi tersebut yaitu
keadaan kesepian dikala hujan menunggu membayangkan wajah
kekasih, di tambah dengan kata kata Kerinduan bagai awah gunung berapi Sarat letupan mempertegas betapa
suasana merindu sang penyair yang terpisah oleh jarak.
Nada
puisi “Nyanyian gerimis” juga sudah dapat dilihat dari suasana
puisi sehingga kata pertama puisi
Telah kutulis
jejak hujan
Pada rambut
dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum
kesepian yang mekar seluas kalbu
semakin
terlihat nada puisi tersebut dinyatakan oleh penyairnya dengan eksplisit.
Karena pembaca dapat membayangkan langsung nada dan suasana puisi tersebut
yaitu orang yang kesepian tanpa kekasih hati. Sehingga nadanya juga
mengikuti tema dan suasana yaitu pelan dan tidak berapi api namun santai dan
menenangkan.
c)
Amanat
Penyair mengungkapkan rasa kesepiannya dan
kerinduannya dengan menghayalkan datangnya kekasih yang menghibur hati.
Sehingga penyair semakin yakin akan cintanya yang terpisah oleh jarak dan
waktu. Yang memberikan amanat kita harus saling percaya dan terus setia pada
kekasih hati meskipun jauh dimata namun selalu dekat dihati kita. Asalkan kita
menjaganya.
3.
Kaitan
Unsur Satu dengan Unsur yang lain
Dengan tema puisi “Nyanyian Gerimis”
yaitu kerinduan
kepada kekasih. Yang memiliki arti seorang yang begitu merindukan kekasih hatinya datang
sehingga ia membayangkan akan hadirnya, membayangkan parasnya dan saling
bertatap muka, meskipun sebenarnya hanya dalam kesunyian saat gerimis tiba.
Puisi ini memiliki suasana yang tenang dan penuh penantian, itu
menyebabkan nada yang juga perlahan
dan dinikmati kian dalam. Suasana hati penuh khayalan karena kerinduan yang kian memuncak.
Tipografi pada puisi ini menggunakan baris yang tidak
beraturan dan sedikit menggunakan tanda baca. Terbukti pada kutipan puisi
dibawah ini
Telah kutulis
jejak hujan
Pada rambut
dan kulitmu yang basah. Kuntum
.......................
Inikah musim
semi yang sarat nyanyian
Juga tarian
burung-burung itu?
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat letupan. Lalu desah
nafasmu
Adalah puisi adalah gelombang lautan
Yang menghapus jejak hujan
Di pantai
hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada kulit dan rambutmu
Menghapus jarak dan
bahasa
Antara kita berdu
Dilihat dari tipografi diatas dapat diamati bahwa baris
demi baris disusun tidak sejajar dan terlihat acak yang juga berkaitan dengan enjambemen.
Hal ini bukan sekadar untuk keindahan indrawi namun juga untuk membantu lebih
mengintensifkan makna dan rasa. Atau suasana puisi yang bersangkutan.
Kemudian diksi yang digunakan juga mempengaruhi suasana
puisi tersebut, karena diksi yang dipakai cenderung romantis maka suasana yang
dihasilkan juga romantis dan kesetiaan. Kemudian dari pilihan diksi yang
dipilih penyair juga menimbulkan citraan tertentu atau pengimajian. Demikian
beberapa unsur puisi yang salaing berkaitan satu sama lain.
Selanjutnya tema juga berelasi dengan amanat, dengan tema
kerinduan
kepada kekasih maka amanatnyapun mengenai sikap bagaimana menghadapi kerinduan
pada kekasih.
SIMPULAN
Simpulan dari menganalisis puisi “Nyanyian Gerimis” yaitu didalam sebuah puisi mengandung banyak
sekali unsur-unsur, didalam unsur-unsur tersebut saling berkaitan dan
unsur-unsur tersebut mempunyai makna yang indah jika kita bisa memahmi dan
mengapresiasikannya. Bukan hanya sekedar membaca dan mengambil rima, kata
konkret sebuah puisi itu saja, akan
tetapi wujud dari puisi tersebut yang menggunakan kata-kata yang indah dan
tidak semua orang dapat mengerti, itulah kelebihan sebuah puisi.
Tema dalam puisi berkaitan erat dengan amanatnya. Tema
puisi di atas yaitu kerinduan kepada kekasih.
Yang memiliki arti kerinduan yang
begitu dalam dan semakin meluap didalam hati sanubari manusia membuat khayalan
melambung tinggi. Maka dari itu, puisi ini memiliki
amanat sesorang seorang harus sabar
menanti dan tetap menjalani hidup jang terpesona saja oleh lamunan..Begitu juga dengan irama dalam puisi nyanyian gerimis
saling berkaitan erat dengan nada dan suasana yang ditampilkan dalam puisi
diatas.
Izin copas, yaaa
BalasHapusTerserah mu
Hapusterima kasih ilmuny mudah mudahan bisa menambah pengetahuan saya dan menambah pahala buat penulinya
BalasHapusIZIN COPAS THANKS SMOGA JADI AMAL SHALEH
BalasHapusTerima kasih untuk penjelasannya, selangkah lebih paham tentang struktur batin puisi. Inshaa Allah bermanfaat.
BalasHapusIzin copas ya mbak Wening, guna memenuhi tugas apresiasi. Semoga mbak Wening mendapatkan balasan dari Allah. Amin.
BalasHapusterimakasih semoga bermanfaat
BalasHapusterima kasih mbak wening bermanfaat banget
BalasHapusAminn semoga bermanfaat
BalasHapusMantab slurrr
BalasHapusDih Apa jeh dih
BalasHapusPuisi tentang ayah
BalasHapusAyah kau adalah suami dari ibu ku
Kau adalah laki laki
Kau adalah anak dari kakek ku
Dan kau adalah ayah ku
Sekian terimakasih
Puisi tentang ibu kieh
BalasHapusIbuuuu.......
Kau adalah ibu....
Ibu adalah kauuu....
Terima kasih ibu....